Ada desakan internal dari Dewan Tesla agar Musk kembali menunjukkan komitmen penuh. Namun, realitasnya, Musk masih harus membagi waktunya untuk lima perusahaan yang ia pimpin, dengan beban tanggung jawab yang sangat besar.
Kondisi ini diperparah oleh peran politik yang kian aktif, termasuk seringnya Musk terlihat bersama lingkaran kekuasaan di Mar-a-Lago.
Dalam pandangan Indrawan, dampak dari krisis kepemimpinan ini sangat terasa, terutama pada pasar utama Tesla seperti China, California, dan Jerman.
Baca Juga: Benarkah PDIP Sedang Dirangkul? Pakar Politik Ungkap Itu Harapan Presiden Prabowo
Di China, misalnya, Tesla mulai tertinggal dari BYD dan produsen lokal lain. Ketegangan geopolitik dan kebijakan tarif dari Trump membuat posisi Tesla makin rentan, memicu gangguan pada rantai pasok serta memicu protes dan boikot dari konsumen.
Indrawan juga mengangkat aspek pribadi dalam tekanan yang dirasakan Musk. Ia mengingatkan bahwa sejak awal 2024, Musk pernah menyampaikan kelelahan dan frustrasi karena terus bekerja tanpa imbalan, serta kecewa setelah skema kompensasi miliaran dolar dibatalkan pengadilan.
Hal ini dinilai turut memperburuk motivasi dan semangat Musk dalam memimpin Tesla di tengah badai bisnis.***
Artikel Terkait
Microsoft Akan Menginvestasikan 1,7 Miliar Dolar AS Pada AI dan Infrastruktur Cloud di Indonesia
Mantan CEO Binance Tawarkan Saran Kripto Gratis kepada Pemerintah Semua Negara Terkait Regulasi dan Adopsi
Transaksi Kripto Turun , CEO Indodax Singgung Pajak Tinggi dan Kurva Bitcoin
Pengusaha Menjerit, Sekertaris Apindo Ungkap Ketidakpastian Regulasi Bikin Bisnis Sulit Tumbuh
Peluang Bisnis Dari Rumah Yang Tetap Menguntungkan
Cara Menentukan Niche Market Dalam Bisnis Anda, Untuk Memenangkan Persaingan Bisnis