bisnisbandung.com - Polres Situbondo tengah menyelidiki penyebab ambruknya bangunan asrama putri Pondok Pesantren Syekh Abdul Qadir Jailani yang menewaskan seorang santriwati berusia 12 tahun dan melukai 11 lainnya.
Kasat Reskrim Polres Situbondo, AKP Agung Hartawan, menjelaskan bahwa penyelidikan dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kondisi pondok pesantren yang masih berduka serta pemulihan para santri yang mengalami trauma.
“Sementara tidak bisa terburu-buru karena kami menghormati pondok yang masih berduka, kemudian juga yang masih proses recovery dari santri-santri yang mengalami trauma karena kejadian tersebut,” terangnya dilansir dari youtube Kompas TV.
Baca Juga: Alpha Siapkan Anak Indonesia Hadapi Disrupsi AI Sejak Dini
Menurut AKP Agung, tim penyidik belum bisa menarik kesimpulan karena kondisi lokasi kejadian sudah dibersihkan sebelum polisi tiba.
Material bangunan seperti pecahan genteng dan kayu penyangga telah dipindahkan, sehingga analisis visual di tempat kejadian tidak dapat dilakukan secara menyeluruh.
Meski demikian, dari informasi yang diperoleh, insiden terjadi setelah hujan deras dan angin kencang melanda wilayah tersebut.
Polisi juga menelusuri kemungkinan adanya pengaruh dari gempa yang sempat dirasakan di Situbondo beberapa waktu sebelumnya. Kedua faktor itu menjadi bagian dari analisis awal penyebab runtuhnya atap lantai dua asrama putri tersebut.
Baca Juga: BRIN Wanti-Wanti Masyarakat, Mikroplastik Tak Bisa Dicegah Tanpa Pengelolaan Sampah yang Benar
Kasat Reskrim menambahkan, peristiwa terjadi sekitar pukul 00.30 WIB saat 19 santriwati tengah beristirahat di dalam ruangan.
Sebelas orang menjadi korban tertimpa reruntuhan, satu di antaranya meninggal dunia, sementara dua korban mengalami luka berat dan kini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Polres Situbondo juga memastikan pemantauan terhadap kondisi para korban yang masih dirawat.
Selain itu, pihak pondok pesantren sedang menyiapkan tempat penampungan sementara untuk para santri sambil menunggu perbaikan bangunan yang rusak.***
Baca Juga: Ferdinand Hutahean Sebut Purbaya Masih Sebatas Lucu-Lucuan, Dampak Kebijakan Menkeu Belum Terlihat