Hal ini memicu Imam Al-Ghazali untuk meninggalkan kariernya sebagai ulama besar dan bermunajat kepada Allah untuk memberikan petunjuk kepadanya.
Setelah mengalami perjalanan panjang mencari kebenaran, Imam Al-Ghazali akhirnya menulis Kitab Ihya' Ulumuddin, yang dianggap sebagai magnum opus-nya.
Kitab Ihya' Ulumuddin kemudian tersebar ke seluruh dunia Islam, dan menjadi acuan utama bagi para ulama dan cendekiawan Islam dalam mempelajari agama Islam.
Selain itu, kitab ini juga banyak digunakan sebagai bahan ajar di pesantren dan madrasah di seluruh Indonesia.
Mengapa Kitab Ihya' Ulumuddin Masih Digunakan Hingga Saat Ini?
Meskipun zaman terus berubah, dan munculnya teknologi baru, Kitab Ihya' Ulumuddin masih tetap menjadi kitab populer di pesantren Indonesia.
Ada beberapa alasan mengapa kitab ini masih digunakan hingga saat ini:
Baca Juga: Kasian Banget, 4 Tanda Kamu Hanya Menjaga Jodoh Orang, Sudah Merasakannya?
1. Mempunyai nilai spiritualitas yang tinggi: Kitab Ihya' Ulumuddin membahas ajaran-ajaran spiritual dalam Islam dengan sangat mendalam, seperti tentang tazkiyatun nafs (pembersihan diri), hubungan manusia dengan Allah, dan bagaimana untuk mencapai kesempurnaan spiritual.
Oleh karena itu, kitab ini masih menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi para santri untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Membahas topik yang luas: Kitab Ihya' Ulumuddin membahas berbagai macam topik terkait dengan agama Islam, seperti fiqh, aqidah, tasawuf, dan sebagainya.
Dengan begitu, kitab ini dapat dijadikan sebagai referensi lengkap untuk mempelajari agama Islam secara menyeluruh.
Baca Juga: Rahasia Malam Lailatul Qadar: Bagaimana Meningkatkan Kualitas Ibadah dan Meraih Pahala yang Besar
3. Ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami: Kitab Ihya' Ulumuddin ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga mudah diikuti oleh semua kalangan, baik itu santri maupun non-santri.