Timothy juga menyinggung potensi dedolarisasi global, yang akan mempercepat kehancuran dominasi ekonomi Amerika Serikat.
Ia memprediksi bahwa jika negara-negara produsen minyak utama seperti Arab Saudi mulai beralih dari USD ke mata uang lain seperti Yuan, likuiditas global bisa membeku dan memicu krisis sistemik.
Dalam skenario tersebut, pasar obligasi dan aset global akan mengalami "mass repricing" secara drastis.
Tak hanya itu, ia menilai bahwa tingkat pengangguran global akan meningkat tajam menjelang 2030, terutama akibat otomatisasi masif yang didorong oleh AI, sebagaimana diprediksi dalam laporan McKinsey bahwa 40% pekerjaan akan tergantikan oleh teknologi.
Timothy memprediksi bahwa pergeseran ini akan menciptakan krisis kepercayaan terhadap sistem keuangan tradisional, termasuk bank sentral dan mata uang fiat.***
Artikel Terkait
China Luncurkan DeepSeek Melampaui ChatGPT, Teknologi AI yang Mengguncang Pasar Dunia : AS Rugi Rp16.000 Triliun dalam Sehari
Negara Lain Perang AI, Bagaimana Nasib Indonesia? Chandra Putra Negara Soroti Karya Anak Bangsa
Sengit! Perang AI Amerika Serikat vs China, Raymond Chin: Hidup Kalian Bakal Diatur Siapa?
Teknologi AI Yang Bisa Membantu Anda Membuat Konten, Anda Sudah Coba Belum?
Makan Gratis Tak Cukup, Pengamat: Pentingnya Pelatihan SDM Berorientasi Teknologi
Gandeng Petani dengan Teknologi, Prabowo Yakin Indonesia Jadi Lumbung Padi Dunia