Ia mencontohkan negara seperti Jepang, yang tetap mampu menjaga kestabilan ekonomi meskipun memiliki mata uang dengan jumlah nol yang besar.
Menurut Mervin, prioritas utama pemerintah seharusnya bukan pada perubahan nominal rupiah, melainkan pada penguatan fundamental ekonomi.
Upaya meningkatkan investasi, menjaga stabilitas fiskal, serta memperkuat daya saing industri dianggap lebih efektif dalam memperbaiki citra rupiah di mata internasional dibandingkan sekadar mengubah bentuk denominasi.
Redenominasi memang dapat mempermudah transaksi dan pencatatan keuangan, namun tanpa dukungan stabilitas ekonomi dan pengelolaan kebijakan fiskal yang baik, dampaknya bagi masyarakat dinilai tidak akan signifikan.***
Baca Juga: Wisuda ke-31 Poltekpar Bali: 63% Lulusan Langsung Terserap Industri