Meski stok beras nasional tercatat lebih dari 4 juta ton level tertinggi sepanjang sejarah Awalil menilai cadangan itu bukan sepenuhnya karena lonjakan produksi.
“Stok melimpah itu lebih banyak karena impor besar-besaran pada 2023 dan 2024. Jadi ketika disebut ada cadangan tertinggi, itu tidak murni dari produksi dalam negeri,” kata dia.
Awalil juga mengingatkan bahwa tahun 2025 belum selesai. Data produksi yang ada masih bersifat proyeksi.
Baca Juga: Analis Drone Emprit Sebut Pidato Tegas Prabowo Dongkrak Citra di Dalam dan Luar Negeri
“Maka agak rentan kalau capaian yang belum final dipakai sebagai bahan pidato di forum dunia. Kasihan Pak Presiden kalau ternyata datanya tidak presisi,” ucapnya.
Lebih jauh Awalil menilai kemungkinan Prabowo mendapat asupan data yang kurang tepat dari bawahannya, terutama Kementerian Pertanian.
“Bisa jadi informasi yang diterima Pak Presiden terlalu optimistis. Padahal kenyataan di lapangan belum mendukung klaim swasembada,” katanya.
Meski demikian Awalil tetap menilai pernyataan Prabowo di PBB memberi sinyal positif soal pentingnya investasi di sektor pangan.
Baca Juga: Ekonom Paramadina Ingatkan Kejar Rp60 Triliun Pajak Bisa Jadi Momentum Exit Pengusaha
Namun ia menekankan klaim swasembada harus dibuktikan dengan data yang kuat.
“Indonesia memang punya peluang besar jadi pemain global di sektor pangan. Tapi klaim harus hati-hati, karena publik dan dunia akan menagih buktinya,” tutup Awalil.***