Bisnisbandung.com - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) kembali menuai sorotan.
Kali ini bukan soal operasional melainkan beban utang jumbo yang ditinggalkan dan mulai menyeret sejumlah BUMN ke dalam kerugian besar.
Dalam youtubenya, ekonom senior Awalil Rizky menilai fenomena ini sudah masuk ke dalam kategori debt trap atau jebakan utang China.
Baca Juga: Keberadaan Sudewo Dipertanyakan, Pansus DPRD Kaji Kebijakan dan Klarifikasi Bupati Pati
“Korban jebakan utang China mulai bermunculan. Kereta cepat bisa jadi yang terberat,” ujarnya.
Utang KCJB sebagian besar bersumber dari China Development Bank (CDB).
Sementara sisanya ditanggung APBN dan modal konsorsium BUMN Indonesia bersama perusahaan China.
Awalnya proyek ini dijanjikan tidak akan memakai dana APBN alias murni skema bisnis (business to business).
Namun faktanya pembengkakan biaya hingga US$ 1,2 miliar (sekitar Rp18 triliun) membuat negara harus ikut menanggung.
Total biaya pembangunan akhirnya tembus US$ 7,27 miliar atau setara Rp108,14 triliun.
Baca Juga: Bupati Pati Diduga Terjerat Kasus Korupsi, Zaenur Rohman Tekankan Pemberhentian Sementara
Kini Badan Pengelola Investasi Danantara disebut bakal mengambil alih urusan restrukturisasi utang KCJB.
CEO Danantara Rosan Roeslani menyebut pihaknya tengah mengevaluasi rencana aksi korporasi agar tidak sekadar menunda masalah.
Namun hingga saat ini langkah konkret restrukturisasi belum dibuka ke publik.
Baca Juga: Film ‘Amin Tanpa Iman’ Hadirkan Kolaborasi Menarik Rizky Billar dan Adul