Bisnisbandung.com - Ketidakhadiran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam upacara peringatan HUT ke-80 RI di Istana Negara masih menjadi sorotan publik.
Pakar politik Adi Prayitno menilai absennya Megawati sarat dengan nuansa politik dan histori panjang hubungan antar-elite.
Dikutip dari youtube kompas, Adi Prayitno menjelaskan "Ketidakhadiran Ibu Megawati itu bukan berarti ada hambatan psikologis maupun politik."
Baca Juga: Kasus Abraham Samad, Refly Harun: Demokrasi Sontoloyo Jika Orang Diproses Karena Berpendapat
"Tapi tentu publik membaca ada jarak yang masih belum sepenuhnya cair baik dengan Jokowi maupun SBY," kata Adi.
Menurut Adi, PDIP sudah punya tradisi setiap tahun memperingati hari kemerdekaan di sekolah partai.
Itu alasan formal yang bisa diterima.
Namun tetap saja publik membandingkan dengan kehadiran mantan presiden lain, seperti SBY dan Jokowi, yang hadir di Istana.
"Secara prinsip tidak ada kewajiban mantan presiden hadir di Istana. Tapi publik pasti mengaitkan dengan dinamika hubungan politik masa lalu yang belum selesai," lanjut Adi.
Baca Juga: Rojali-Rohana Diremehkan? Gerindra Klaim Prabowo Berhasil Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Lebih jauh Adi menilai momentum ke depan justru terletak pada pertemuan Megawati dengan Presiden Prabowo Subianto.
"Pertemuan itu yang paling ditunggu. Karena itu akan jadi panggung pertama setelah kongres PDIP di mana Ibu Mega bisa menyampaikan posisi politik partainya. PDIP sudah menegaskan akan jadi partai penyeimbang tidak oposisi tapi juga tidak ikut kekuasaan," jelasnya.
Adi menyebut pola politik PDIP saat ini akan bersikap proporsional.
"Kalau kebijakan pro rakyat akan didukung kalau tidak pro rakyat maka PDIP akan mengkritik. Itu yang disebut politik proporsional berbasis teknokratis," ujarnya.
Baca Juga: Usman Hamid Soroti Pidato Optimistis Prabowo, Korupsi BUMN dan HAM Dipertanyakan