Bisnisbandung.com - Ganjar Pranowo kembali menegaskan pentingnya penghentian deforestasi demi melindungi hutan Indonesia yang kian menyusut.
Dalam youtubenya Ganjar mengkritisi ekspansi perkebunan sawit yang dianggap sebagai pemicu utama hilangnya hutan primer dan keanekaragaman hayati.
Ganjar menyoroti narasi nasionalisme yang menganggap kelapa sawit sebagai "aset negara."
Baca Juga: Menarik! Bahasa Sunda dan Jawa Bercampur di Kota Banjar, Bagaimana Jadinya?
Namun bagi masyarakat lokal sawit justru menjadi simbol ketimpangan ekonomi dan kerusakan lingkungan.
"Jika benar sawit adalah aset negara mengapa rakyat hanya mewarisi dampak buruknya seperti banjir, konflik agraria, dan kerusakan ekosistem?" ujarnya.
Data dari Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menunjukkan adanya peningkatan konflik agraria hingga 12% pada 2023 dengan 82% di antaranya terkait langsung dengan industri sawit.
Selain itu hutan Indonesia kehilangan sekitar 684.000 hektar setiap tahun sebagian besar untuk pembukaan lahan sawit.
Baca Juga: Refly Harun: Jangan Kaget Ya Wapres Nantinya Puan Maharani, Bukan Lagi Gibran
Ganjar menekankan dampak deforestasi tak hanya dirasakan oleh ekosistem tetapi juga masyarakat adat yang kerap kehilangan akses terhadap tanah leluhur mereka.
"Banyak masyarakat adat hanya menjadi buruh di tanah mereka sendiri. Ini adalah ketidakadilan struktural yang harus segera diperbaiki," tegasnya.
Tak hanya itu Ganjar juga mengkritik buruknya tata kelola industri sawit.
Ia menyoroti kasus korupsi besar seperti yang melibatkan grup Duta Palma yang merugikan negara hingga Rp78 triliun.
"Korupsi ini mencuri uang rakyat sekaligus menghancurkan sistem yang seharusnya melindungi lingkungan dan masyarakat," tambahnya.
Baca Juga: Eep Saefulloh Soroti Nasib dari Partai Kecil, Dampak Putusan MK Hapus Presidential Threshold