bisnisbandung.com - Pengamat politik Adi Prayitno menyoroti spekulasi dinamika politik di masa depan pasca-pembatalan ambang batas pencalonan presiden oleh Mahkamah Konstitusi (MK).
Bagi Adi, putusan ini seharusnya menjadi "harapan baru" bagi partai politik untuk mencalonkan pemimpin baru pada Pilpres 2029.
Namun, ia mempertanyakan apakah partai-partai politik memiliki keberanian untuk memanfaatkan peluang tersebut, terutama dalam menghadapi dominasi Prabowo Subianto.
“Ada tidak yang berani melawan Prabowo Subianto bertanding di Pilpres 2029?” kata Adi Prayitno dilanisr dari youtube pribadinya.
Baca Juga: Jokowi Disorot Media Asing Soal Finalis Pemimpin Paling Korup, Dokter Tifa Beri Komentar Pedas
“Partai-partai yang ada dalam koalisi KIM ataupun KIM Plus misalnya, per hari ini, responnya datar dan terkesan mereka itu ya hanya sekadar sama, dan akan kembali mendukung Prabowo,” sambungnya.
Adi Prayitno menilai, pembatalan ambang batas presiden 20% adalah kemenangan besar bagi demokrasi.
Hal ini membuka pintu bagi semua partai politik, baik yang lolos parlemen maupun yang pernah mengikuti pemilu, untuk mencalonkan capres dan cawapres.
Tapi, ia menekankan bahwa keputusan ini tidak akan berarti apa-apa jika partai politik tetap enggan mengambil risiko.
Baca Juga: OCCRP Dituding ‘Ngawur’ oleh Pendukung Jokowi, Rocky Gerung: Cara Berpikir yang Dungu
Menurutnya, percuma jika aktivis dan mahasiswa berjuang melalui judicial review untuk menghapus ambang batas presiden, tetapi partai-partai tidak memanfaatkan peluang tersebut.
Adi Prayitno melihat pola yang mengkhawatirkan di mana banyak partai politik masih bergantung pada figur Prabowo Subianto.
Ia menyebut Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai contoh, yang telah menyatakan kesetiaannya kepada Prabowo untuk Pilpres 2029, meskipun memiliki kesempatan untuk mengusung kader sendiri.
Baca Juga: Akrobat Politik Gibran Berisiko, Eep Saefulloh Sebut Itu Bisa Menjadi Jebakan