nasional

Prabowo Bukan Presiden yang Bodoh, Eep Saefulloh: Tidak Mungkin Menjadi Boneka Jokowi

Minggu, 27 Oktober 2024 | 09:00 WIB
Prabowo Subianto (dok Instagram@Prabowo Subianto)

Bisnisbandung.com - Eep Saefulloh menyatakan keyakinannya bahwa Prabowo Subianto bukanlah presiden yang akan menjadi boneka dalam pemerintahan.

Menurut Eep Saefulloh, Prabowo tidak akan dengan mudah tunduk pada kendali pihak lain, termasuk mantan presiden Jokowi.

“Saya menduga, dan menurut saya banyak orang juga berpendapat demikian, Presiden Prabowo bukanlah presiden yang bodoh dalam pengertian bahwa ia mau jadi boneka,” ungkap Eep Saefulloh dilansir dari youtube Keep Talking.

“Saya tidak percaya bahwa Prabowo bersedia dengan amat sangat mudah menjadi boneka atau dipaksa menjadi boneka,” sambungnya.

Baca Juga: Beredar Gambar MV3 Garuda Limousine Yang Dikira Buatan Indonesia Ternyata Karoseri Dari Mobil Korea Ssangyong Rexton

Eep Saefulloh menilai bagi Prabowo, kabinet dan pemerintahan adalah instrumen kerja vital yang harus dipilih secara hati-hati untuk memastikan keberhasilannya sebagai presiden.

Gaya kepemimpinan Prabowo yang tegas ini kemungkinan akan berujung pada reshuffle kabinet secara berkala, yang akan menonjolkan loyalitas para menteri kepadanya dibandingkan kepada Jokowi.

Eep Saefulloh juga menekankan bahwa dalam situasi di mana Prabowo dan Jokowi memiliki kesamaan pandangan, tidak relevan untuk menyebut para menteri di bawah kendali Jokowi, karena Prabowo pun akan sehaluan dalam isu tersebut.

Baca Juga: Anies Baswedan Beroposisi Tanpa Posisi? Refly Harun Soroti Sikap Politiknya

Anggapan bahwa Prabowo akan menjadi boneka Jokowi dianggap terlalu sederhana. Eep Saefulloh menjelaskan bahwa politik “utang budi” memiliki batasannya; loyalitas berbasis utang budi yang longgar tidak menjadikan seseorang tunduk sepenuhnya.

Terkait ambisi Jokowi, Eep Saefulloh menilai bahwa pasca dilantiknya Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden, Jokowi kemungkinan besar akan mengarahkan pandangan politiknya pada Pemilu 2029.

 Ia mengibaratkan Gibran sebagai “pedang bermata dua,” yang bisa diarahkan ke pihak di luar pemerintah yang berseberangan, tetapi pada saat yang sama, berpotensi menjadi kompetitor terdekat bagi Prabowo dalam waktu singkat.

Baca Juga: Prabowo Hadapi Beban Hutang, Pengamat: Mengapa Menteri Keuangan Masih Menggunakan Sri Mulyani

Dalam pandangan Eep Saefulloh, model demokrasi Indonesia memungkinkan adanya kohabitasi antara presiden dan wakil presiden yang berasal dari latar belakang politik berbeda, berbeda dengan persekutuan penuh yang terjadi di Amerika.

Halaman:

Tags

Terkini