1. Hamas tidak mengakui kedaulatan Israel
Berbeda dengan organisasi pembebasan Palestina atau Plo, Hamas benar-benar tidak mengakui kedaulatan Israel.
Baca Juga: Kenapa Apple Jual IPhone Tanpa Charger? Apa Tujuan Apple?
Namun pasukan Hamas menerima pembentukan negara Palestina berdasarkan batas wilayah pada tahun 1967.
2. Mengutamakan kedaulatan Palestina
Khaled Meshaal pemimpin utama Hamas yang berada dalam pengasingan dan menyatakan bahwa pada tahun 2017 mereka tidak akan menyerahkan sedikit pun tanah Palestina.
“Ada kehadiran Arab yang baru dan berbeda, ada dukungan yang berbeda, Gaza tampaknya tidak terisolasi dalam perang ini,” kata Meshaal, seperti yang terjadi pada konflik dahsyat tahun 2008-2009 dengan Israel dikutip dari reuters.com.
“Setiap orang Palestina yang menginginkan sebuah negara, bahkan di sepanjang 67 perbatasannya harus mengetahui bahwa jalan menuju tujuan tersebut adalah perjuangan,"tutupnya.
Bisa disimpulkan sampai kapanpun Khaled Meshaal akan berada di pihak Palestina dan sekuat mungkin membuat negara tersebut bisa meraih kemerdekaan dan merebut kembali wilayahnya.
3. Hamas adalah penentangan keras terhadap perjanjian perdamaian Oslo
Penentangan keras terhadap perjanjian perdamaian Oslo yang dinegosiasikan oleh Israel dan Plo pada pertengahan tahun 1990-an.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Sekolah Kejuruan Harus Terlibat Aktif dalam Kerja Sama dengan Industri
Perjanjian Oslo secara resmi disebut deklarasi prinsip-prinsip fasilitasi Pemerintahan sendiri secara sementara disetujui di Oslo, Norwegia pada 20 Agustus 1993.
Ditandatangani di Washington D.C (bertepatan dengan perundingan damai kesebelas) oleh Mahmoud Abbas mewakili Plo dan Shimon Peres mewakili Israel.