“Prabowo butuh sosok teknokrat kredibel, tapi juga harus menjaga stabilitas politik. Purbaya bisa saja jadi kuda liar di arena politik fiskal,” tulisnya.
Artikel kedua yang dibacakan Ikrar datang dari mantan pejabat Bank Indonesia, Ending Fajar berjudul “Langkah Mundur Berbahaya Saat Rekening Pemerintah Dikembalikan ke Bank Komersial.”
Tulisan ini menyoroti keputusan Purbaya memindahkan rekening pemerintah dari Bank Indonesia ke bank-bank umum.
Menurut Ending kebijakan itu berpotensi melemahkan peran BI sebagai penjaga stabilitas moneter.
Ia mengingatkan bahwa praktik serupa di masa lalu pernah memicu krisis 1998.
“Langkah ini bukan eksperimen, tapi aksi berbahaya. Bisa membuat Indonesia kembali ke masa kelam penuh ketidakpastian,” tulisnya.
Ending juga menyinggung data World Uncertainty Index yang kini mencapai 1,10 — tertinggi dalam 70 tahun.
“Dalam situasi rapuh seperti ini, kebijakan Purbaya justru menambah risiko,” tambahnya.
Baca Juga: Prabowo Subianto Siap Reshuffle Anak Buah Nakal, Tegaskan Komitmen Pemberantasan Korupsi
Ikrar menutup dengan refleksi tajam. “Kalau Purbaya berhasil, dia bisa jadi penyelamat fiskal Indonesia. Tapi kalau salah langkah, gaya koboinya bisa menyeret kita ke jurang ketidakpastian ekonomi,” ujarnya.
Purbaya kini menjadi figur yang memecah opini publik antara teknokrat berani yang dibutuhkan negara, atau “koboi politik” yang menembak terlalu cepat di lanskap kekuasaan yang penuh ranjau.***
Artikel Terkait
Jangan Semua Gratis Nanti Bangkrut! Menkeu Purbaya Tolak Usulan Gaji Rp10 Juta Bebas Pajak
Rieke Diah Pitaloka Ngadu ke Dedi Mulyadi: Mantan Kades Diduga Terlibat Mafia Tanah!
Rocky Gerung: Jokowi Sudah Kehilangan Pulung, Tak Bisa Baca Zaman!
Warning Keras Prabowo! Adi Prayitno: Tak Ada Ampun Buat Menteri Nakal
Kereta Cepat Jokowi Bisa Jadi Kereta Menuju Krisis! Rudi S Kamri Sindir Proyek WHOOSH
Purbaya Dukung MBG Meski Mandek, Awalil: Jangan Jadi Proyek Politik Berbiaya Raksasa!