Hal yang juga mencurigakan adalah kondisi kamar yang terkunci dari dalam dan minimnya bukti visual dari CCTV di sekitar lokasi.
Haniva menilai bahwa jika benar ini adalah pembunuhan, maka pelakunya kemungkinan besar memiliki akses khusus ke lokasi dan memahami pola aktivitas korban.
Pendekatan kriminologis seperti Routine Activity Theory menjadi relevan dalam menganalisis pola ini yakni pelaku mempelajari kebiasaan korban secara sistematis sebelum melancarkan aksinya.
Dari berbagai indikator yang terlihat, kasus ini dipandang memiliki elemen kuat sebagai tindak kejahatan yang dilakukan secara terencana dan tidak spontan.
Baca Juga: Viral! Kereta Cepat Berhenti di Atas Jembatan, Netizen Panik: Mogok?
Perencanaan matang, pengetahuan teknis, serta upaya untuk menghapus jejak dan merekayasa kondisi jenazah mengarah pada kemungkinan pelanggaran pasal pembunuhan berencana.
Kematian Arya Daru, sebagai seorang diplomat, menambah lapisan kompleksitas tersendiri. Posisi dan kemungkinan akses korban terhadap informasi sensitif menimbulkan dugaan adanya motif lebih dalam di balik peristiwa ini.
Haniva menekankan pentingnya penyelidikan menyeluruh, termasuk melalui jejak komunikasi, analisis lingkungan sosial, dan siapa saja yang memiliki akses langsung ke tempat kejadian.***
Baca Juga: Riza Chalid Resmi Tersangka! Kejagung Ungkap Permainan Harga dan Aset Pertamina
Artikel Terkait
Tidak Seperti yang Beredar di Sosmed, Terkuak Pengakuan Tim SAR di Balik Evakuasi Juliana Marins
Bukan Agam Rinjani, Ini Sosok Tim SAR yang Turun Sendirian di Hari Pertama Evakuasi Juliana Marins
Pakar Sebut Pemerintah Brazil Sulit Gugat Indonesia dalam Kasus Juliana Marins
Warga Brazil Terus Lontarkan Kritik Soal Evakuasi Juliana Marins, DPR Beri Tanggapan
Spekulasi Kriminolog UI terkait Meninggalnya Diplomat Kemenlu di Kostan
Kriminolog Soroti Arti Simbolik Lakban dalam Kasus Diplomat Kemenlu