Defisit Membengkak, Pemerintahan Prabowo Terbebani Utang-Utang di Masa Lalu

photo author
- Selasa, 8 Juli 2025 | 19:30 WIB
Awalil Rizky, Pengamat Ekonomi (Tangkap layar youtube Awalil Rizky)
Awalil Rizky, Pengamat Ekonomi (Tangkap layar youtube Awalil Rizky)

Bisnisbandung.com - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menghadapi tantangan fiskal serius di tahun pertamanya. Defisit anggaran negara diperkirakan mencapai Rp662 triliun pada 2025, melebihi rencana awal sebesar Rp616 triliun.

Rasio defisit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pun naik menjadi 2,78%, mendekati ambang 3% yang selama ini dijaga ketat.

Pengamat ekonomi Awalil Rizky menilai bahwa kondisi ini tidak lepas dari beban utang yang diwariskan dari pemerintahan sebelumnya.

“Jadi pada saat masih terbebani oleh utang-utang di masa sebelumnya sehingga harus bayar cicilan maupun bayar bunga, terutama yang dikaitkan dengan belanja. Kalau cicilan kan beda, bunganya itu yang paling menekan,” beberya di youtube pribadinya.

Baca Juga: Biang Kerok Beras Mahal di Tengah Stok Melimpah, Ini Kata CELIOS

Komitmen pembayaran bunga dan cicilan utang mendominasi belanja negara, sementara pendapatan justru tumbuh melambat.

Jika dilihat dari tren historis, rasio pendapatan negara terhadap PDB mengalami penurunan berkelanjutan sejak era pemerintahan sebelumnya.

“Pada saat bersamaan, pendapatan kita justru kenaikannya melambat. Naik, tapi lambat, dan secara rasio atas PDB turun,” paparnya.

Di era Presiden Jokowi, rasio ini sudah mulai menurun, dan tren tersebut masih berlanjut di awal pemerintahan Prabowo.

Baca Juga: Fiktif Positif Jadi Andalan Pangkas Waktu Perizinan Berusaha, Ini Penjelasan Todotua Pasaribu

Penurunan ini mencerminkan perlambatan pertumbuhan pendapatan negara dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Awalil juga menekankan pentingnya memperhatikan rasio pendapatan terhadap PDB secara keseluruhan, bukan hanya dari sisi perpajakan.

Pendapatan negara mencakup juga PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), yang dalam beberapa tahun terakhir jarang dibahas secara terbuka di dokumen fiskal utama. Padahal, rasio ini merupakan indikator penting dalam menilai kesehatan fiskal dan produktivitas utang.

Baca Juga: Kapan Kita Benar-Benar Dewasa? Memahami Childish dari Sisi Psikologis

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KPK dan Kejagung Berbagi Peran Tangani Kasus Korupsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:00 WIB
X