Biang Kerok Beras Mahal di Tengah Stok Melimpah, Ini Kata CELIOS

photo author
- Selasa, 8 Juli 2025 | 18:30 WIB
Gambaran tumpukan beras yang melimpah (dok jabarprov.go.id)
Gambaran tumpukan beras yang melimpah (dok jabarprov.go.id)

bisnisbandung.com - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menilai lonjakan harga beras di tengah klaim stok melimpah merupakan kondisi anomali serius yang harus segera ditangani.

Ia menekankan bahwa persoalan utama bukan pada jumlah pasokan, melainkan pada aspek tata niaga, kualitas distribusi, dan efisiensi dalam rantai pasok beras.

“Kalau dilihat, salah satu penyebabnya ini bukan hanya pasokan, bukan hanya jumlah atau volume, tapi yang harus dicek adalah bagaimana soal tata niaganya,” ujarnya dilansir dari youtube Kompas TV.

Baca Juga: Fiktif Positif Jadi Andalan Pangkas Waktu Perizinan Berusaha, Ini Penjelasan Todotua Pasaribu

Menurut Bhima, situasi saat ini mencerminkan ketidaksesuaian antara volume pasokan dan harga pasar.

“Karena beras ini yang belum selesai dari mulai petani sampai ke meja makan, sampai ke konsumen akhir, itu enam sampai tujuh titik distribusi. Jadi harusnya bisa dicek di mana distorsinya,” sambungnya.

Di saat indikator konsumsi rumah tangga menurun dan daya beli masyarakat melemah ditandai dengan rendahnya simpanan publik dan meningkatnya kasus pemutusan hubungan kerja justru harga beras menjadi salah satu pemicu utama inflasi.

CELIOS melihat bahwa ada ketidakseimbangan dalam sistem yang seharusnya memberikan kestabilan harga di tengah pasokan yang memadai.

Baca Juga: Tersandera Regulasi, Investasi Rp1.500 Triliun Gagal Terealisasi di Indonesia

Bhima menjelaskan bahwa rantai distribusi beras dari petani hingga konsumen akhir masih terlalu panjang, melibatkan enam hingga tujuh titik distribusi.

Kondisi ini membuka peluang terjadinya distorsi harga yang tidak terkendali. Ia juga menyoroti rendahnya kualitas beras yang beredar di pasar, di mana beras kategori medium mengalami kenaikan harga, meskipun kualitasnya menurun.

Pandangan CELIOS juga mencakup temuan tentang praktik pengoplosan beras dalam program stabilisasi harga pangan (SPHP).

Bhima menilai bahwa pengoplosan ini menjadi salah satu faktor penyebab ketidakstabilan kualitas beras di pasaran dan berkontribusi terhadap ketidakpuasan konsumen.

Baca Juga: Eggi Sudjana Desak Jokowi Tunjukkan Ijazah Asli, Sebut Kasus Bisa Selesai

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X