Di sisi produksi, efisiensi penggilingan gabah juga menjadi perhatian serius. Data yang dicermati CELIOS menunjukkan bahwa rata-rata konversi gabah kering menjadi beras hanya mencapai 64% secara nasional, mencerminkan pemborosan dalam proses produksi yang turut memengaruhi harga jual.
Lebih lanjut, CELIOS menyoroti tingginya lonjakan harga beras di kawasan timur Indonesia. Menurut Bhima, hal ini tidak hanya dipicu oleh masalah logistik, tetapi juga oleh warisan kebijakan pangan sejak era Orde Baru yang mendorong masyarakat menggantikan pangan lokal dengan beras.
Ketika distribusi beras tidak merata di wilayah timur, masyarakat pun terdampak secara struktural.
CELIOS menegaskan bahwa persoalan beras saat ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan menambah stok.
“Isu yang lain adalah dari mulai gabah kering yang dikonversi menjadi beras itu ternyata hanya 64% rata-rata secara nasional,” pungkasnya.***
Baca Juga: Sindiran Telak Rocky Gerung: Putusan MK soal Gibran Lebih Parah dari Pemilu Dipisah!
Artikel Terkait
Beraninya Bagi-Bagi Beras, Sobary Sentil Wapres Fufu Fafa: Dialog Mahasiswa Ogah
Mentan Andi Amran Bongkar Praktik Mafia Beras, Sempat Ditegur Wakil Presiden
Pemerintah Pangkas Birokrasi, Zulhas Yakini Indonesia Tak Perlu Impor Beras
"Jasa Beliau Tak Terhitung" Prabowo Akui Peran Jokowi dalam Surplus Beras Indonesia
Mentan Amran Ungkap Anomali Harga Beras di Tengah Stok Tertinggi 57 Tahun
Potensi Rugi Konsumen Capai Rp99 Triliun, Dugaan Kecurangan 212 Merek Beras