DPR menyayangkan bahwa penilaian tersebut disampaikan tanpa melihat langsung kompleksitas di lokasi kejadian.
Menurut DPR, publik internasional sebaiknya memahami bahwa evakuasi di alam bebas, khususnya di medan ekstrem seperti Gunung Rinjani, tidak dapat disamakan dengan situasi yang terlihat dalam tayangan atau film fiksi.
Petugas di lapangan tidak hanya bertugas mengevakuasi jenazah, tapi juga harus menjaga agar operasi tidak menimbulkan korban tambahan.
Baca Juga: Layangkan Somasi! Ajaib Sekuritas Gandeng Hotman Paris Terkait Kasus Transaksi Saham Rp1,8 Miliar
Kritik dari luar negeri dinilai muncul karena informasi yang diterima masih terbatas pada foto atau pemberitaan media, tanpa memahami tantangan teknis dan geografis di lapangan. Oleh karena itu, DPR mengajak semua pihak untuk menilai proses ini secara utuh dan objektif.
Sementara itu, hasil otopsi dari pihak berwenang di Brazil dijadwalkan keluar pada 9 Juli mendatang.
Hasil tersebut akan menjadi bahan perbandingan dengan laporan forensik dari RS Bali Mandara yang sebelumnya menyatakan bahwa Juliana meninggal akibat cedera parah setelah terjatuh, tanpa ditemukan tanda-tanda hipotermia.***
Baca Juga: Program Rutilahu Farhan Gandeng Swasta & Buddha Tzu Chi, 500 Rumah Reyot di Bandung Disulap!
Artikel Terkait
Tidak Seperti yang Beredar di Sosmed, Terkuak Pengakuan Tim SAR di Balik Evakuasi Juliana Marins
Bukan Agam Rinjani, Ini Sosok Tim SAR yang Turun Sendirian di Hari Pertama Evakuasi Juliana Marins
MALU-MALUIN! Indonesia Juara 2 Dunia Soal Kebohongan Akademik, Rocky Gerung: Gegara Jokowi & Bahlil?
Lawan Ketimpangan Digital! Wapres Gibran: PP Blockchain Jadi Senjata Rahasia Indonesia
Korupsi Jadi ‘Way of Life’, Amien Rais: Indonesia Sudah Dijajah Para Koruptor!
Pakar Sebut Pemerintah Brazil Sulit Gugat Indonesia dalam Kasus Juliana Marins