Bisnisbandung.com - Raymond Chin, menyampaikan pandangan strategisnya mengenai pentingnya tahun 2030 bagi masa depan Indonesia.
Ia menyebut tahun tersebut sebagai momen paling krusial dalam sejarah pembangunan nasional, khususnya terkait puncak bonus demografi yang hanya terjadi satu kali dalam siklus panjang sebuah negara.
Menurut Raymond, 2030 bukan sekadar penanda waktu, melainkan batas waktu atau deadline bagi Indonesia untuk memaksimalkan potensi ledakan ekonomi yang hanya bisa terjadi jika penduduk usia produktif dimanfaatkan secara optimal.
“Bahkan banyak banget statement dari pakar-pakar bilang ini momen yang gak boleh ada kesalahan sama sekali. Karena jendela 2030 kita itu beda dibanding semua negara-negara yang udah ngalamin bonus demografinya,” ujarnya di youtube pribadinya.
Baca Juga: Komnas HAM Tegaskan Migrasi Tenaga Kerja Tidak Boleh Jadi Solusi Negara Atasi Pengangguran
Ia menilai bahwa Indonesia kini berada di persimpangan antara menjadi kekuatan ekonomi baru dunia atau justru menghadapi bencana demografi akibat kegagalan memanfaatkan peluang tersebut.
Dalam konteks ini, ia membandingkan dua narasi besar yang pernah disampaikan oleh tokoh nasional: potensi Indonesia menjadi kekuatan global atau justru terancam gagal negara (failed state) karena salah kelola.
Menurutnya, arah masa depan Indonesia bergantung pada langkah yang diambil antara 2025 hingga 2030, terutama di tiga sektor utama: tenaga kerja, pelaku usaha, dan pemerintah.
Baca Juga: Pengiriman Pekerja Domestik Kian Marak, Negara Dinilai Belum Maksimal Lindungi Pekerja
Raymond juga mengingatkan bahwa bonus demografi memiliki batas waktu. Setelah mencapai puncaknya di tahun 2030, Indonesia akan mulai memasuki fase penuaan populasi (aging population), di mana proporsi lansia meningkat dan angka ketergantungan ikut melonjak.
Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi secara drastis jika tidak disiapkan dari sekarang.
Sebagai perbandingan, ia menyoroti negara-negara yang berhasil dan gagal dalam memanfaatkan momen ini.
Korea Selatan, misalnya, sudah memulai persiapan sejak dekade 1970-an untuk menyambut bonus demografinya di awal 2000-an melalui investasi besar-besaran di sektor pendidikan, pembangunan industri, dan pemerataan ekonomi.
Baca Juga: Tom Lembong Sebut Nama Jokowi Dipersidangan, Peneliti Pukat UGM Beri Tanggapan
Artikel Terkait
Mahkamah Konstitusi Guncang Sistem Pemilu, Analis Politik: Apakah Demokrasi Indonesia Jadi Lebih Baik?
Amien Rais Bongkar Kengerian Rezim Jokowi yang Mencederai Demokrasi Indonesia
Jangan Biarkan Indonesia Dikuasai Tukang Ngibul, Rocky Gerung: Insinyur Waktunya Bergerak!
Prabowo Lebih Percaya Megawati, Ikrar Nusa Bhakti Bongkar Fakta: Jokowi Hanya Pelengkap!
MALU-MALUIN! Indonesia Juara 2 Dunia Soal Kebohongan Akademik, Rocky Gerung: Gegara Jokowi & Bahlil?
AHY Bongkar Harapan Prabowo, Danantara Siap Kuasai Pembiayaan Infrastruktur Nasional!