Sekjen Partai Gelora: Jangan Biarkan Nubuat Membutakan Nalar Politik Kita

photo author
- Kamis, 26 Juni 2025 | 20:30 WIB
 Sekretaris Jenderal Partai Gelora, Mahfuz Sidik (Tangkap layar youtube ILC)
Sekretaris Jenderal Partai Gelora, Mahfuz Sidik (Tangkap layar youtube ILC)

bisnisbandung.com - Sekretaris Jenderal Partai Gelora, Mahfuz Sidik, menyoroti konflik antara Israel dan Iran dari perspektif politik global.

Ia menekankan bahwa perang yang sedang berlangsung bukanlah realisasi dari nubuat agama, melainkan bagian dari dinamika geopolitik yang sarat kepentingan kekuasaan dan dominasi regional.

Dalam pandangannya, masyarakat dunia, termasuk Indonesia, harus waspada agar tidak terjebak pada narasi-narasi keagamaan yang justru membutakan nalar politik dan kemanusiaan.

Baca Juga: Trump & Israel Biang Kerok! Amien Rais: Dunia Sedang Alami Puncak Kebiadaban

Mahfuz menyatakan bahwa konflik berkepanjangan di Timur Tengah baik antara Israel dan Palestina maupun antara Israel dan Iran merupakan peristiwa politik yang dibalut simbol dan retorika agama.

“Saya sepakat bahwa segala macam konflik termasuk perang yang kita saksikan dan kita berupaya menghindarinya, tentu saja ini semuanya adalah peristiwa politik,” paparnya dilansir dari youtube Indonesia Lawyers Club.

“Bahwa kemudian ada yang melakukan packaging dengan agama, ya tentu saja punya motif dan tujuannya masing-masing,” lanjutnya.

Ia memperingatkan bahwa jika masyarakat terus dibiarkan mempercayai konflik ini sebagai bagian dari nubuat akhir zaman, maka dunia bisa tergiring pada jalan menuju kehancuran kolektif seperti yang digambarkan dalam narasi Perang Dunia Ketiga atau Armageddon.

Baca Juga: Di Balik Pintu Besi Kosambi: Sebuah Pelajaran tentang Kepekaan dan Tanggung Jawab

Dalam forum Indonesia Lawyers Club, Mahfuz menggarisbawahi pentingnya pendekatan rasional dalam memahami konflik global.

Menurutnya, berdirinya Israel pada 14 Mei 1948 adalah hasil dari serangkaian peristiwa politik seperti perjanjian Sykes-Picot, Deklarasi Balfour, dan Resolusi PBB yang mengatur pembagian wilayah Palestina.

Ia mengajak publik untuk tidak terprovokasi oleh semangat fanatisme berbasis agama, baik dari kalangan Muslim, Kristen, maupun Yahudi.

Sebaliknya, dialog politik yang berlandaskan nilai kemanusiaan harus menjadi fondasi utama dalam mencari solusi damai.

Baca Juga: Dari Presiden Soekarno Hingga Jokowi, Pengamat: Kenapa Hanya Jokowi yang Dihujat Sebrutal Ini?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X