bisnisbandung.com - Pegiat media sosial Alifurrahman melontarkan kritik tajam terhadap pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Menteri Erick Thohir.
Ia menilai bahwa tata kelola sejumlah perusahaan milik negara saat ini telah menyerupai pola manajemen perusahaan keluarga, di mana direksi dan keluarganya diduga memiliki pengaruh besar hingga melampaui batas profesionalisme birokrasi.
Dalam ulasannya, Alifurrahman menyoroti adanya dugaan keterlibatan istri pejabat BUMN dalam berbagai aktivitas internal perusahaan.
“Jadi perusahaan-perusahaan BUMN itu seperti warisan keluarga, yang ketika ada satu direksi masuk atau menjadi pejabat di situ, dia merasa berkuasa penuh sehingga kemudian melibatkan keluarga atau istrinya,” gamblangnya di youtube Seword TV.
Baca Juga: Publik Menanti KPK Bertindak, Yaqut Cholil Tiga Kali Mangkir dari Panggilan Pansus Haji
Ia menyebut bahwa para direksi BUMN kerap membawa ajudan dalam jumlah berlebihan, bahkan hingga belasan orang, termasuk protokol untuk pasangan mereka.
Hal ini dinilai menandakan pola pengelolaan yang tidak efisien dan tidak mencerminkan semangat reformasi birokrasi.
Alifurrahman juga mengaitkan situasi ini dengan kewenangan baru yang dipegang oleh Danantara. Ia mencermati bahwa kehadiran Danantara membuat peran Menteri BUMN menjadi terkesan menurun.
Bahkan, ia menilai Wakil Menteri BUMN, Dony Oskaria, yang juga menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Danantara, tampak lebih dominan dalam mengarahkan isu-isu internal, termasuk memberi kritik terhadap gaya kepemimpinan direksi BUMN.
Baca Juga: Dominasi Prabowo di Lembaga Hukum Meningkat, Cengkeraman Jokowi Disebut Mulai Melemah
“Jadi Menteri BUMN-nya, ya meskipun juga menjadi bagian dari Danantara, tapi tetap saja seperti terbolak-balik. Menterinya seperti bukan menteri, seperti staf gitu ya, sementara wamen seperti lebih menteri dibandingkan menterinya,” ungkap Alifurrahman.
Dony Oskaria sebelumnya mengkritik banyaknya protokol dan fasilitas istimewa yang melekat pada para pejabat BUMN.
Kritik tersebut memperkuat analisis Alifurrahman bahwa pola pengelolaan yang berkembang saat ini sarat akan nuansa kekuasaan pribadi dan menunjukkan betapa BUMN belum sepenuhnya terbebas dari budaya elitis.
Baca Juga: Penyangkalan Kasmudjo Hingga Dugaan Dibuat di Pasar Pramuka, Prof Ikrar: Tuhan Tidak Tidur
Artikel Terkait
UU BUMN 2025 Dinilai Paradoks dan Cacat Konstitusi, Saut Situmorang Kritik Keras
Bukan Penyelenggara Negara, Anggota DPR Tegaskan BUMN Tunduk pada Hukum Perniagaan
UU BUMN Dinilai Lemahkan KPK, Setyo Budiyanto Angkat Bicara
BUMN Kena Semprot, Hendri Satrio: Prabowo Mainkan Semua Teori Leadership Sekaligus
RUU Perampasan Aset Bikin Koruptor BUMN Ketar-Ketir, Ini Alasan Mahfud!
“Dosa Ini!” Dedi Mulyadi Geram dengan Perusahaan BUMN yang Menyimpang