Bisnisbandung.com - Raja Ampat kembali diguncang polemik. Bukan hanya karena kerusakan lingkungannya,
tapi karena kemunculan nama kapal yang diduga mengangkut jutaan ton nikel dari kawasan konservasi, dengan nama yang bikin heboh: JKW Mahakam dan Dewi Iriana.
Dalam sepekan terakhir, media sosial diramaikan oleh unggahan tentang dua nama kapal yang digunakan untuk mengangkut ore nikel dari Pulau Gag, Raja Ampat: TB JKW Mahakam dan Dewi Iriana.
Tak sedikit netizen yang mengaitkan dua nama itu dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), dan Ibu Negara, Iriana.
Meski belum terbukti ada kaitan langsung dengan Presiden, nama-nama itu memicu pertanyaan besar: siapa di balik bisnis nikel yang merambah surga terakhir di Timur Indonesia ini?
Baca Juga: Ini 4 Perusahaan Tambang Nikel di Raja Ampat yang Diduga Cemari Lingkungan
Tambang Nikel Masuk Raja Ampat, Pulau-Pulau Mulai Rusak
Penelusuran dari berbagai sumber menyebutkan bahwa sejak 2023 hingga awal 2024, terjadi lonjakan besar pengangkutan ore nikel menuju kawasan industri WEDA (Weda Bay Industrial Park).
Totalnya tak main-main: lebih dari 36 juta ton nikel diangkut dari berbagai pulau di sekitar Maluku Utara dan Papua Barat.
Salah satu sumber utama nikel adalah Pulau Gag di Raja Ampat, yang selama ini dikenal sebagai kawasan konservasi laut kelas dunia.
Di sinilah ironi itu terjadi: keindahan yang dijual ke dunia sebagai destinasi ekowisata justru terancam oleh tambang.
Baca Juga: Jokowi Terpojok, Pengamat: PSI Jadi Sekoci Dinasti Politiknya!
Siapa Pemilik Kapal JKW Mahakam dan Dewi Iriana?
Artikel Terkait
Soal Izin Tambang di Raja Ampat, Menteri Bahlil Bisa Memicu Kekeliruan Baru? Ini Kata Aktivis Lingkungan
Raja Ampat Terancam, Upaya Pemerintah Lemah, Aktivis Geram Ungkap Kerusakan Sudah Terlihat
Wamenaker Tegaskan Job Fair Bukan Formalitas, Lowongan Kerja Sudah Diverifikasi
Job Fair Pemerintah Dianggap Kurang Efektif, Ini Kata Konsultan SDM
Cara Simpan Video dari X (Twitter) Langsung ke Galeri HP (Android & iPhone)
Ini 4 Perusahaan Tambang Nikel di Raja Ampat yang Diduga Cemari Lingkungan