Politisi Gerindra Bandingkan Dedi Mulyadi dan Pramono Anung, Ungkap Mas Pram Masih Harus Belajar

photo author
- Kamis, 17 April 2025 | 20:00 WIB
Rano Karno (kiri) dan Pramono (kanan) (Tangkap layar youtube Seword TV)
Rano Karno (kiri) dan Pramono (kanan) (Tangkap layar youtube Seword TV)

 

bisnisbandung.com - Persaingan menuju Pilkada Jawa Barat 2024 semakin mengerucut pada dua nama kuat: Dedi Mulyadi (KDM) dan Pramono Anung (Mas Pram).

Namun, menurut pandangan internal Partai Gerindra, posisi keduanya belum seimbang. Dedi Mulyadi dinilai sebagai kandidat yang sudah matang dan siap bertarung, sedangkan Pramono Anung dianggap masih dalam tahap adaptasi dengan arena politik daerah.

“Saya coba membandingkan tadi Mas Pram dengan Kang KDM, ya. Ya, ini enggak apple to apple menurut saya,” ungkap Hendarsam Marantoko, politisi Gerindra, dilansir dari youtube Sindonews.

Baca Juga: Massa Tuntut Kejujuran Jokowi Soal Ijazah, Pengamat: Ini Masalah Moral

Ia menilai bahwa rekam jejak Dedi Mulyadi menunjukkan kematangan politik yang panjang.

Dengan pengalaman lebih dari dua dekade di dunia pemerintahan dan politik lokal, KDM telah menempuh berbagai posisi strategis, mulai dari anggota DPRD, Wakil Bupati, hingga dua periode menjabat sebagai Bupati Purwakarta.

 Pengalaman itu dinilai menjadikannya sangat memahami dinamika dan permasalahan spesifik masyarakat Jawa Barat.

Keunggulan lain yang disorot adalah latar belakang KDM yang berasal dari keluarga petani. Hal ini membuatnya dianggap lebih dekat dengan realitas masyarakat pedesaan di Jawa Barat, yang sebagian besar memang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Baca Juga: Kontroversi Ijazah Jokowi: Mohamad Sobary Tuntut Kebenaran dan Pertanggungjawaban

Sensitivitas sosial ini dianggap sebagai nilai tambah yang kuat dalam membangun resonansi emosional dengan para pemilih.

Di sisi lain, Pramono Anung, meskipun memiliki pengalaman di tingkat nasional sebagai Sekretaris Kabinet, dinilai belum sepenuhnya memahami konteks politik dan sosial Jawa Barat.

“Mas Pram ini adalah mantan Seskab, ujuk-ujuk tahu-tahu, karena situasi kondisi politik ‘dipaksakan’ untuk maju men-challenge Ridwan Kamil. Tentunya dia perlu proses untuk belajar. Dia perlu proses untuk belajar itu,” lugasnya.

Keputusan untuk maju dalam Pilgub Jabar disebut-sebut lebih karena dinamika politik nasional, sehingga ia masih memerlukan waktu untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan kondisi daerah.

Baca Juga: Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ungkap Ngerinya Mafia Hukum yang Merusak Kepercayaan Publik

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X