Publik Geram dengan Kinerja Wapres Gibran, Buya Tafta: Orang Ini Tidak Cukup Punya Kapasitas!

photo author
- Kamis, 27 Maret 2025 | 09:30 WIB
Gibran berpidato serukan program Presiden Prabowo (Tangkap layar youtube Wakil Presiden Indoensia)
Gibran berpidato serukan program Presiden Prabowo (Tangkap layar youtube Wakil Presiden Indoensia)

bisnisbandung.com - Kinerja Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali menuai sorotan dari sejumlah kalangan.

Salah satu kritik tajam datang dari pengamat politik, Buya Tafta Zani, yang mempertanyakan kapasitas Gibran dalam menjalankan tugas sebagai orang nomor dua di Indonesia.

Menurutnya, perjalanan politik Gibran hingga menjadi Wakil Presiden terkesan terburu-buru dan kurang memperhatikan kesiapan personal maupun visi politik yang jelas.

“Gibran seperti ini kan sebetulnya sudah diduga banyak orang, jauh sebelum dia menjadi Wakil Presiden,” lugasnya dilansir dari youtube satu visi utama.

Baca Juga: Hendri Satrio Sentil Pemerintah soal Teror Tempo, Kok Jubir Presiden Bilang Dimasak Saja?

“Yang membuat orang lagi kelihatan geram, ya, apa geram segala macam, kan, justru mereka tahu karena orang ini tidak cukup punya kapasitas pada posisi ini. Dipaksa, enggak bisa itu melalui proses legal tertentu,” lanjutnya.

Buya Tafta menyebut bahwa Gibran terlihat tidak nyaman dan kesulitan beradaptasi dengan peran barunya.

 Hal ini terlihat dari beberapa penampilan publiknya yang dinilai kurang meyakinkan. Misalnya, saat berpidato atau membuka acara resmi, Gibran sering tampak gugup dan cenderung melakukan kesalahan saat berbicara di depan umum.

Selain itu, Buya Tafta juga mengkritisi proses politik yang membawa Gibran ke kursi Wakil Presiden.

Baca Juga: Jokowi Disebut Bisa Hancurkan PDI-P, Ikrar Nusa Bhakti Ingatkan Bahaya Cawe-Cawe Politik

Proses mobilitas vertikal yang tidak berjalan sesuai norma politik meritokrasi ini, menurutnya, telah memicu kejengkelan publik.

Dalam pandangannya, kejengkelan terhadap Gibran bukan semata karena sosok pribadinya, tetapi karena perannya yang dianggap sebagai personifikasi dari dinamika politik tertentu yang mencerminkan proses yang tidak normal.

Hal ini membuat sebagian orang melihat Gibran sebagai korban dari ambisi politik pihak lain, termasuk kemungkinan adanya dorongan dari lingkup keluarga.

Baca Juga: Resmi! Indonesia Masuk New Development Bank, Prabowo: Ini Akan Percepat Transformasi Ekonomi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X