Dampaknya, insan pers diharapkan menjadi lebih berhati-hati dalam menyampaikan kritik atau informasi sensitif yang berpotensi memancing reaksi dari pihak tertentu.
Dalam analisisnya, Alifurrahman menyebutkan bahwa pengalihan isu seperti ini bukanlah hal baru.
Strategi tersebut kerap digunakan untuk melemahkan perhatian publik terhadap isu-isu krusial.
Ia pun mengingatkan bahwa jika media terlalu larut dalam pemberitaan soal teror kepala babi ini, mereka berisiko kehilangan momentum untuk mengangkat isu-isu lain yang tak kalah penting, seperti Undang-Undang TNI dan dampak sosial yang terjadi akibat kebijakan tersebut.
Baca Juga: Anies Baswedan Singgung Kisruh RUU TNI, Adi Prayitno: Masukan yang Cukup Konstruktif.
Meski kasus ini sudah dilaporkan ke pihak berwenang, Alifurrahman pesimistis terkait kemungkinan pengungkapan pelaku di balik teror ini.
Menurutnya, banyak kepentingan yang berpotensi menghalangi penyelesaian kasus tersebut. Oleh karena itu, ia berharap media tetap fokus pada pemberitaan yang substantif agar tidak terjebak dalam permainan pengalihan isu.
“Dan semoga Tempo bisa belajar agar tidak terlalu fokus kepada si kepala babi ini, karena ujungnya juga tidak akan ada. Mereka mau melaporkan ke siapa pun mau lapor ke Putin sekalipun tidak akan ada ujungnya,” lugasnya.***
Baca Juga: Konflik Makin Memanas! Houthi Serang Kapal Perang Amerika Serikat di Laut Merah
Artikel Terkait
Kontroversi Pengesahan RUU TNI, DPR Ungkap Kembalinya Dwi Fungsi ABRI Tidak Benar
Penolakan Publik Tak Digubris? YLBHI: RUU TNI Buka Jalan bagi Presiden Jalankan Operasi Militer Tanpa Kontrol
Cacat Prosedur? Zainal Arifin Mochtar: Partisipasi Publik dalam Revisi UU TNI Sangat Minim
‘Demokrasi Makin Rapuh’ Amien Rais Soroti Pengesahan Revisi Undang-Undang TNI
Dari UU TNI hingga Teror Kepala Babi, Tumpang Tindih Isu di Bulan Ramadan
Anies Baswedan Singgung Kisruh RUU TNI, Adi Prayitno: Masukan yang Cukup Konstruktif.