Bisnis Bandung - Menurut Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), ngabuburit adalah lakuran dalam Bahasa Sunda dari ngalantung ngadagoan burit, yang artinya bersantai-santai sambil menunggu waktu sore. Kata dasarnya, burit, berarti sore hari.
Waktu ini biasanya antara usai salat asar hingga sebelum matahari terbenam.
Akan tetapi, menurut sumber lainnya, ngabuburit berasal dari kata burit saja (bukan merupakan lakuran) yang mendapatkan imbuhan dan pengulangan suku kata pertama.
Baca Juga: Moms, Begini Cara Gampang Mengajarkan Puasa Pada Anak
Beberapa contoh kata Bahasa Sunda lainnya yang memiliki unsur morfologis serupa, yakni ngabeubeurang (menunggu siang hari), ngabebetah (nyaman) dan ngadeudeket (dekat)
Di dalam Bahasa Sunda masih banyak yang memiliki struktur mirip/ sama dengan ngabuburit di antaranya ngadedekul, ngajejentul (menghabiskan waktu duduk/diam dalam waktu yang cukup lama), ngagogoreng (menghabiskan waktu untuk menjelek-jelekan).
Imbuhan nga + suku kata pertama bu (ngabu) dalam ngabuburit dapat diartikan menyengaja, dilakukan berulang atau jangka waktu lama.
Seiring perjalanan waktu kata ini menjadi populer dan dikenal secara luas bukan hanya dikalangan masyarakat Sunda saja.
Secara harfiah bisa dikatakan ngabuburit yang biasa identik dengan bulan Ramadhan ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang ketika menunggu atau menghabiskan waktu hingga menjelang waktu Adzan Maghrib datang, atau biasa disebut menunggu waktu berbuka puasa.
Baca Juga: Menu Berbuka Puasa, Teh Bunga Telang Dengan Lemon Dan Madu
Waktunya dimulai setelah waktu dzuhur sampai maghrib, puncaknya yaitu dari jam 16.00 sampai adzan maghrib.
Selain ngabuburit, di Jawa Barat juga dikenal istilah ngabeubeurang, “nungguan waktu beurang / bedug” artinya menunggu waktu siang atau adzan dzuhur.
Awalnya ngabuburit adalah cara orang tua untuk “ngabebenjokeun” atau mengalihkan perhatian anak-anak yang sedang belajar berpuasa agar kuat menahan lapar sampai tibanya waktu maghrib.