bisnisbandung.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencetak rekor terbaru dengan menyentuh angka 17.200 di pasar offshore.
Angka ini dinilai telah melewati batas psikologis yang selama ini menjadi patokan pelaku pasar. Meski begitu, menurut pandangan Fithra Faisal Hastiadi, ekonom dari Universitas Indonesia, situasi saat ini belum bisa dikategorikan sebagai darurat ekonomi.
“Dan bahkan kalau kita lihat dari nilainya, ini kan nilai yang sebenarnya sudah hampir, bahkan sudah menembus batas psikologis ya, 17.000 kalau di pasar offshore-nya. Dan ini tentunya paling buruk semenjak tahun 98,” paparnya dilansir dari youtube Metro TV.
Baca Juga: Airlangga Ungkap Arahan Prabowo Hadapi Tarif 32% Trump, Negosiasi Bukan Retaliasi!
“Tapi ya tentunya kita harus juga membandingkan secara fair. Tahun '98 itu rupiah berangkat dari 6.000–7.000 kemudian ke 16.600. Itu yang kemudian kalau kita lihat itu kan sudah ribuan poin ya,” sambungnya.
Pelemahan nilai tukar terjadi saat pasar Indonesia masih dalam masa libur Lebaran, namun rupiah tetap aktif diperdagangkan di pasar luar negeri, khususnya di Singapura.
Menurut Fithra, tekanan global menjadi pemicu utama, dan fenomena ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh berbagai negara lain yang turut terdampak dinamika ekonomi internasional.
Meski mencatat level terlemah sejak krisis 1998, depresiasi rupiah kali ini jauh lebih moderat.
Baca Juga: Ady bersama putrinya merilis single Kesini Dekat-Dekat
Dibandingkan dengan lonjakan tajam pada 1998 yang melibatkan pelemahan dari level 6.000 ke 16.600, penurunan tahun ini hanya berkisar antara 400 hingga 500 poin sejak awal tahun, atau kurang dari 5 persen.
Fithra menekankan pentingnya melihat konteks yang lebih luas. Menurutnya, pola pelemahan rupiah saat masa libur Lebaran sebenarnya bukan hal baru.
Tahun sebelumnya pun mencatatkan pola serupa, di mana tekanan menguat saat pasar tutup dan segera direspons oleh Bank Indonesia setelah perdagangan kembali dibuka.
Baca Juga: Ady bersama putrinya merilis single Kesini Dekat-Dekat
Bank Indonesia telah melakukan intervensi di pasar, termasuk di pasar offshore, sebagai bagian dari langkah stabilisasi.