bisnisbandung.com - Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan sejumlah negara, termasuk Indonesia, semakin memanas setelah Presiden Donald Trump menetapkan tarif impor baru sebesar 32% terhadap sejumlah produk Indonesia.
Di tengah situasi ini, pengamat politik Rocky Gerung menyoroti lemahnya respons diplomatik Indonesia, khususnya terkait kekosongan posisi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat yang sudah berlangsung hampir dua tahun.
Menurut Rocky, ketidakhadiran figur utama di Washington dinilai sebagai kelemahan strategis dalam menghadapi kebijakan proteksionis Amerika Serikat.
Baca Juga: Kemacetan Parah di Ciwidey, Dedi Mulyadi Siapkan Jurus Baru!
Ia menilai bahwa pengiriman delegasi untuk negosiasi seperti yang diumumkan Kementerian Luar Negeri belum cukup menjawab kekhawatiran publik dan pelaku ekonomi.
Rocky juga menekankan pentingnya kehadiran langsung Presiden Prabowo Subianto atau para menteri utama dalam memberikan penjelasan terbuka kepada publik dan investor.
Baginya, perang tarif yang dimulai dalam waktu dekat bukan hanya soal diplomasi, tetapi juga kepastian ekonomi yang harus dijawab dengan strategi konkret dan komunikasi yang kredibel.
Baca Juga: Tersaingi Ojek Online, Ini Jurus Dedi Mulyadi Selamatkan Sopir Angkot
Ia menyoroti bahwa pernyataan resmi pemerintah, meskipun penting sebagai informasi awal, tetap harus ditindaklanjuti dengan komunikasi publik yang lebih luas.
Hal ini mencakup konferensi pers dari tokoh-tokoh kunci seperti Menko Perekonomian dan Menko Polhukam, agar publik mengetahui arah kebijakan nasional di tengah tekanan eksternal.
Rocky juga menyoroti lemahnya manajemen komunikasi dari Kantor Komunikasi Presiden.
“Jadi memang dari awal, kecelakaan komunikasi politik itu terjadi karena ketidakmampuan atau ketiadaan akal pikiran yang bermukim di kepala-kepala para komunikator di sana,” gamblangnya dilansir dari youtube pribadinya.
Menurutnya, kegagalan menyampaikan narasi strategis kepada publik justru menjadi hambatan bagi upaya Presiden Prabowo dalam menunjukkan kepemimpinan di tengah ketidakpastian global.
Baca Juga: Dinasti Politik Jokowi Diprediksi Selamat Ginting Gagal Total di 2029