Bisnisbandung.com - Jusuf Kalla menanggapi keras kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menurut Jusuf Kalla kebijakan tersebut tidak akan bertahan lama karena justru akan melukai ekonomi Amerika sendiri.
Jusuf Kalla menjelaskan bahwa langkah Donald Trump untuk menaikkan tarif demi mendongkrak industri dalam negeri tidak semudah yang dibayangkan.
Baca Juga: Danantara Tak Tersentuh Hukum, Korupsi Bisa Dianggap Kerugian Bisnis?
Dikutip dari youtube kompas, Jusuf Kalla menjelaskan "Tujuannya ingin meningkatkan industri dalam negeri tapi itu tidak segampang itu."
"Misalnya kalau mau bikin pabrik sepatu di Amerika, buruhnya dari mana? Biayanya berapa?" kata Jusuf Kalla.
Menurutnya ongkos produksi barang di AS jauh lebih mahal ketimbang di negara-negara Asia.
Ia mencontohkan sepatu yang dibuat di Asia bisa berharga USD 20 tapi jika dibuat di AS harganya bisa melonjak drastis.
Baca Juga: Mobil Dinas Dipakai Mudik? Emerson Yuntho Persoalkan KPK dalam Posisi Melemah
Jusuf Kalla juga menilai bahwa efek tarif yang dikenakan Trump pada barang-barang impor termasuk dari Indonesia sebenarnya tidak terlalu signifikan.
"Kalau kita cuma kena 10% dari ekspor dan itu pun cuma USD 26 miliar dibanding triliunan impor AS pengaruhnya kecil. Yang bayar semua ini siapa? Konsumen dan pengusaha Amerika sendiri," jelasnya.
Ia menyarankan agar Indonesia tidak gegabah membalas kebijakan tersebut dengan tindakan serupa.
Menurut Jusuf Kalla pendekatan negosiasi lebih tepat digunakan dalam menghadapi situasi ini.
"Kita enggak perlu balas, cukup negosiasi saja," pungkas Jusuf Kalla.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Tegaskan Dampak Studi Tour: Saya Harus Menyelamatkan Beban Ekonomi Rakyat
Artikel Terkait
Diserang Tarif Donald Trump, Ini Jurus Prabowo Selamatkan Ekonomi RI
Kemacetan Parah di Ciwidey, Dedi Mulyadi Siapkan Jurus Baru!
Tersaingi Ojek Online, Ini Jurus Dedi Mulyadi Selamatkan Sopir Angkot
Dinasti Politik Jokowi Diprediksi Selamat Ginting Gagal Total di 2029
Dwi Fungsi TNI Diangkat Lagi, Panda Nababan Ingatkan Bahaya Militer Masuk Sipil
Mudik Turun 24%, Tanda Ekonomi Lesu? Ini Kata Adi Prayitno