Bisnisbandung.com - Harga minyak mengalami kenaikan tajam dalam satu minggu terakhir hingga menyentuh level tertinggi dalam 9 bulan.
Harga minyak Brent tercatat naik ke level 90,65 USD per barel sementara minyak WTI naik 64 sen ke level 87,51 USD per barel.
Harga minyak penutupan WTI tersebut merupakan yang tertinggi sejak bulan November 2022 lalu sehingga menunjukan tren bullish yang kuat terhadap harga minyak dunia.
Baca Juga: HGB Telah Berakhir, Pemerintah Minta Indobuildco Kosongkan Lahan Hotel Sultan
"Harga minyak mentah terus diperdagangkan berdasarkan faktor penawaran. Tidak ada yang meragukan bahwa OPEC+ akan menjaga pasar tetap ketat hingga musim dingin," Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analisis OANDA dikutip dari reuters.
Kenaikan harga minyak naik hampir 1% pada hari jumat diakibatkan karena adanya kekhawatiran tentang ketatnya pasokan minyak setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan pada minggu ini.
Dua anggota OPEC+ yakni Arab Saudi dan Rusia pada minggu ini memperpanjang pengurangan pasokan sukarela mereka sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.
Baca Juga: Menjadi Korban BPR Bangkrut, Begini Nasib Tabungan Pedagang Sate di Banyuwangi
Perusahaan-perusahaan energi di Amerika Serikat pada minggu ini menambah produksi satu rig minyak menurut keterangan dari Baker Hughes.
Meningkatnya harga minyak AS juga mendukung harga minyak mentah dengan minyak pemanas berjangka naik sekitar 3%.
Para pedagang energi mencatat bahwa pemeliharaan kilang musiman di Rusia pada bulan September dapat mempengaruhi jumlah produksi minyak di pasaran.
Di sisi lain Presiden Venezuela Nicolas Maduro tiba di China pada hari Jumat (8/9/23) untuk kunjungan pertamanya dalam lima tahun terakhir.
Baca Juga: Fandom Super Land Resmi Dibuka, Braga City Walk Digetarkan Penampilan Musik Perkusi
China merupakan importir minyak terbesar dari Venezuela yang merupakan salah satu negara dengan jumlah cadangan minyak terbesar di dunia.