Film Inang, Mengangkat Problematika Kehidupan Perempuan di Ibukota

Bisnis Bandung - Film horor terbaru yang tayang perdana pada tanggal 13 oktober 2022 ini rupanya tidak seperti film horor indonesia lainnya. 

Alih-alih membuat penonton terkejut dengan kemunculan hantu, film inang mengajak penonton membuka mata tentang isu kehidupan perempuan.

Film inang juga membuat penonton ikut merasakan pahit kehidupan seorang ibu.

Bisa dikatakan film inang sukses membawa warna berbeda dibelantika film horor tanah air.

Melalui film inang tersirat problematika yang sering terjadi pada perempuan ibukota diantaranya:

Baca Juga: Heri Sapari, Drs., M.IP: Kekuasaan Sudah Menjadi Kaisar dalam Dunia Politik

Patriarki

Dalam film inang di gambarkan, bahwa wanita dengan status sosial rendah hanya dijadikan objek seksual bagi lelaki. Wanita tidak berdaya karena keterbatasan ekonomi. Dalam film ini, wulan (pemeran utama). Menentang segala bentuk patriarki, walau harus kehilangan pekerjaannya.

Kemiskinan

Wulan sang pemeran utama di gambarkan sebagai perempuang kelas menegah kebawah yang harus berjuang sendiri untuk kehidupannya dengan mengadu nasib ke ibukota. Tidak jauh beda dengan realita yang terjadi saat ini. Kehidupan yang keras membuat perempuan harus berani mengubah nasib ke ibukota sendirian.

Kehidupan bebas

Wulan di gambarkan terseret budaya kehidupan bebas di kota metropolitan, dan harus menanggung akibatnya. Sangat menggambarkan realita kehidupan perempuan saat ini.

Baca Juga: Perusahaan Penambangan Crypto Bitcoin, Pow.re Memulai Pembangunan Fasilitas di Paraguay, Segini Kapasitasnya

Perjuangan ibu menjaga kehamilan

Kesulitan seorang ibu tergambar jelas di film ini. Di saat seorang ibu harus menjaga kehamilannya, ia juga harus memilih jalan hidup apa yang terbaik untuknya dan anaknya. Wulan (pemeran utama) harus rela memberi anaknya kepada keluarga yang lebih mampu (Sukma Ratnafuri).***