Namun, Budi mengingatkan emas dan saham sifatnya adalah jangka panjang. Jadi, jangan mengharap untung cepat dari saham dan emas.
Untuk jangka pendek, masyarakat bisa mengamankan dananya di deposito. Keuntungannya memang sangat rendah, tapi deposito tak akan membuat modal investor turun seperti emas dan saham.
"Kalau untuk jangka pendek ambil strategi defensif dengan konservatif. Instrumen pasar uang cocok, minim volatilitas. Pasar uang itu seperti deposito atau utang jangka pendek di bawah 1 tahun," papar Budi.
Sementara, Budi mengatakan masyarakat juga harus mempertimbangkan likuiditas ketika hendak berinvestasi. Misalnya, masyarakat ingin berinvesastasi di sektor properti.
Sektor tersebut biasanya membutuhkan dana besar dalam berinvestasi. Nah, masyarakat sebaiknya memastikan terlebih dahulu jumlah dana yang dimiliki.
"Dananya jika suatu saat ingin dicairkan, ada risiko likuiditas tinggi karena sulit jual lagi. Jadinya justru jual murah. Jadi investasi sesuai dengan kemampuan dan kondisi finansial," tegas Budi.
Tak hanya investasi, Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menyatakan masyarakat bisa memanfaatkan momentum pandemi ini dengan mulai berbisnis. Pasalnya, mayoritas kantor yang menerapkan bekerja dari rumah (work from home/WFH).
Masyarakat otomatis lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ketika jam kerja habis, masyarakat bisa mulai berbisnis sesuai hobi.
"Bisnis online. Pasti untung. Sekarang kan banyak kegiatan di rumah," kata Eko.
Untuk permulaan, masyarakat bisa memasarkan produknya ke tetangga. Jadi, pangsa pasarnya adalah lingkungan sekitar terlebih dahulu.
"Kalau laku di lingkungan sekitar otomatis menyebar, harus ada rasa kepercayaan dulu," ucap Eko.
Kegiatan seperti itu, tambah Eko, bisa jadi lahan keuntungan baru bagi masyarakat di tengah pandemi virus corona. Dengan kata lain, cuan tak hanya bisa diraih dari investasi saja. (C-003/age)***