Bekerja dulu
Selain apotek dan MLM, semasa kuliah, Toni juga jualan beraneka produk secara online melalui aplikasi percakapan instan BBM hingga media sosial Facebook. Sejak itu, Toni sudah mulai menyadari bisnis di internet adalah bisnis masa depan.
Selepas lulus kuliah, Toni tak langsung mewujudkan cita-cita sebagai pengusaha. Dia juga menolak permintaan sang ayah untuk pulang kampung, meneruskan bisnis walet.
Toni memutuskan bekerja sebagai tenaga pemasar di sebuah perusahaan kosmetik. “Perusahaan itu awalnya hanya beromzet puluhan juta rupiah, namun saat saya masuk menjadi miliaran rupiah, karena 80% pembelinya berasal dari jaringan saya,” ungkapnya.
Sang pemilik perusahaan pun memberi kepercayaan kepada Toni untuk membenahi pemasaran dan produk. “Hingga saya bisa dibilang sebagai orang kedua di perusahaan itu setelah pemilik,” tambah dia.
Cuma, lantaran tidak satu visi lagi dengan si pemilik perusahaan, Toni memilih keluar setelah bekerja selama satu setengah tahun. Tapi, “Ini yang justru membuat idealisme saya muncul dan membuat saya yakin bahwa saya harus bikin usaha sendiri,” katanya.
Sejatinya, Toni sudah menjadi pengusaha. Berbekal penghasilannya saat bekerja di perusahaan kosmetik, ia berhasil membeli apotek milik tantenya dan membuka dua cabang.
Tapi akhirnya, dia menutup kedua cabang itu karena regulasi apotek luar biasa ketat. Ditambah lagi, dia ingin fokus merintis bisnis herbal dan perawatan kulit.
Toni menjatuhkan pilihan pada bisnis herbal dan perawatan kulit lantaran saat kuliah dia sudah tertarik pada dunia kosmetik. “Mata kuliah tentang kosmetik yang paling saya suka,” ujar dia.
Terlebih, industri kosmetik di Indonesia tumbuh pesat. Kesadaran masyarakat untuk terus mempercantik diri pun terus meningkat. “Selfie (swafoto) makin tren,” jelasnya.
Lalu, Toni memilih herbal karena banyak masyarakat beralih ke produk-produk yang terbuat dari bahan alami. Dengan bantuan sang istri, ia pun memulai usaha di bidang ini pada 2015. Modal awalnya sekitar Rp 600 juta.
Toni menggunakan dana itu untuk mengembangkan produk. Selama satu tahun setengah, dia dan istri menciptakan formula sekaligus menyiapkan bisnis.
Hasilnya, mereka mengeluarkan lima produk perawatan kulit yang meluncur Oktober 2016, yakni krim wajah malam dan pagi, sabun, pembersih, dan serum wajah. Untuk produksi, ia menyerahkan ke pabrik yang menjadi rekanan.
Merek dagang SR12, Toni comot dari nama apotek miliknya R12. Ia lalu menambahkan “S” menjadi SR12. “Yang artinya, skin care (perawatan kulit),” beber pemilik gelar sarjana farmasi dan apoteker ini.
Untuk pemasaran, Toni merekrut lima tenaga penjual yang dulu bekerja bersamanya di perusahaan kosmetik. “Mereka orang terlatih, jaringannya banyak dan luas,” ujar dia.