Dari Kompor Kaleng Hingga Produk Kekinian

photo author
- Rabu, 31 Juli 2019 | 11:46 WIB
produk kaleng hingga kekinian
produk kaleng hingga kekinian

TERGESERNYA kompor minyak tanah oleh tabung gas pada era tahun 2000-an membawa perubahan besar bagi warga kampung Dukuh, Pasir Mukti, Citeurep, Bogor, Jawa Barat. Sejak era 1960-an, kampung Dukuh sudah terkenal sebagai sentra kompor minyak. Dus, secara turun-temurun penduduk kampung ini pun menjadi perajin logam. Kehidupan mereka pun tak pernah lepas dari dentingan bunyi logam beradu hantam dengan palu.

Namun, zaman berubah. Tak banyak lagi orang menggunakan kompor masak berbahan bakar minyak tanah. Agar dapur tetap ngebul, perajin kompor kampung Dukuh pun berinovasi. Karena kompor minyak ditinggalkan, kami coba bikin cetakan kue. Terus inovasi lagi bikin oven gas. Inovasi bikin aneka dandang dan sekarang makin variatif produknya, jelas Dedi Ahmadi, salah seorang perajin kampung Dukuh.

Banyaknya perajin logam di kampung itu membuat persaingan usaha kian ketat. Mereka pun saling berebut pasar. Tak cuma adu harga, sesama perajin pun kerap cek cok, bahkan adu fisik, karena memperebutkan konsumen.

Gejolak antar-perajin membuat saya prihatin. Sebab, hal itu justru akan merugikan semua perajin. Saya pun mencoba menghubungi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk untuk sama-sama meredakan gejolak ini pada tahun 2010, papar Dedi.

Maka, Dedi dan beberapa temannya beserta pihak Indocement yang lokasinya tak jauh dari kampung, mengumpulkan sekitar 135 perajin logam di kampung itu. Muncullah kesepakatan untuk membuat usaha bersama-sama dengan cara mendirikan Kelompok Usaha Bersama (KUB). Namanya KUB Rancage.

Namun, tidak semua perajin mau bergabung dalam KUB. Dari 135 perajin di kampung itu, hanya sebanyak 102 perain yang ikut KUB. Pengurusnya ada tiga orang. Salah satunya Dedi.

Saat itu, pihak Indocement belum memberikan bantuan berupa materi. Beberapa petinggi di perusahaan itu hanya hadir, sekadar memberi arahan untuk mempersatukan dan memotivasi para perajin untuk bisa bekerja sama memajukan usaha mereka.

Dua tahun berjalan, atau sekitar tahun 2012, Indocement meluncurkan ide untuk memperkenalkan kampung Dukuh sebagai kampung kaleng kepada khalayak. Ide itu pun disepakati. Sejak saat itu lah kampung Dukuh lebih dikenal sebagai kampung kaleng.

Bersamaan dengan itu, perusahaan semen ini pun meluncurkan program CSR-nya dengan memberikan bantuan riil kepada para perajin yang tergabung dalam KUB. Pihak Indocement menanyai kami, apa saja yang diperlukan untuk mendukung usaha ini, jelas Dedi.

Selanjutnya, Indocement pun memberikan beragam bantuan. Mulai dari alat kerja, aneka pelatihan, permodalan, dan pemasaran.

Menurut Dedi, perajin juga seringkali berinisiatif mengajukan tema pelatihan sesuai kebutuhan. Misalnya, pelatihan manajemen keuangan. Hal semacam itu sangat penting bagi perajin supaya keuangan mereka tidak hanya tergerus untuk modal kerja, tapi jelas perputaran dan ada hasilnya.

Pasar lebih luas

Dari sisi permodalan, Indocement juga memberikan pinjaman bergulir. Modal yang difasilitasi mulai Rp 5 juta sampai Rp 20 juta per perajin. Dari pinjaman tersebut, peminjam dikenai biaya administrasi 0,5% per bulan. Tapi, sejak dua tahun terakhir, perajin tidak diberi lagi bantuan uang. Sebab, sekarang perajin harus bisa mandiri, jelas Dedi.

Untuk mendukung pemasaran, Indocement juga kerap mengajak perajin logam di kampung kaleng mengikuti pameran. Kami juga diperkenalkan untuk melakukan pemasaran secara online. Ini sangat membantu sekali, kata Dedi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Tips Berwisata Di Musim Hujan

Senin, 8 Desember 2025 | 17:00 WIB

Ragam Tren Gaya Hidup Di 2025

Rabu, 10 September 2025 | 19:00 WIB

Ini Dia Cara Hidup Slow Living Di Perkotaan

Rabu, 10 September 2025 | 18:30 WIB

5 Sepatu Terbaik Selama Promo ASICS 2025

Senin, 25 Agustus 2025 | 15:30 WIB

Cara Menghadapi Orang Yang Denial

Kamis, 17 Juli 2025 | 10:45 WIB
X