Generasi Z (1997-2009) hadir di dunia sepenuhnya terhubung melalui internet, mendominasi platform seperti TikTok dan mendengarkan BTS.
Mereka memimpin gerakan sosial secara online, tumbuh dalam budaya streaming di Netflix, dan menikmati serial populer seperti Stranger Things.
Terakhir, Generasi Alpha (2010-2024), anak-anak teknologi sejati, menjadikan Minecraft dan Bluey sebagai ikon masa kecil mereka.
Kehidupan mereka tidak pernah offline, seakan digitalisasi menjadi bagian dari DNA mereka.
Generasi Beta, diprediksi menjadi generasi pertama sepenuhnya hidup dalam dunia berbasis kecerdasan buatan (AI) dan metaverse, tidak hanya bermain video game tetapi menciptakan dunia virtual.
Musik dan seni mungkin hasil kolaborasi antara manusia dan algoritma canggih.
Generasi menghadapi tantangan besar seperti perubahan iklim, ketergantungan teknologi, dan redefinisi pekerjaan.
Baca Juga: BRI Berbagi Strategi Mengelola Keuangan Bagi Generasi Muda
Isu ini diperkirakan menjadi fokus utama mereka di masa depan.
Para ahli memprediksi Generasi Beta membawa kesadaran baru tentang keberlanjutan dan kolaborasi global.
Mereka diperkirakan tumbuh sebagai generasi melihat teknologi bukan hanya sekedar alat, tetapi sebagai bagian integral dari identitas mereka.
Setiap generasi refleksi dari zamannya, mulai dari nostalgia era jazz hingga dominasi TikTok.
Perjalanan lintas generasi mengingatkan kita bahwa perubahan adalah satu-satunya pasti.
Dengan Generasi Beta di depan mata, tidak hanya menyambut anak-anak baru, tetapi dunia baru mereka bawa.
Siapa tahu? Mungkin merekalah akan menuntun kita pada paradigma baru tentang kehidupan, baik di Bumi maupun di alam semesta luas.