bisnisbandung.com - Pelemahan nilai tukar rupiah di awal tahun 2025 membawa dampak serius bagi sektor manufaktur di Indonesia, terutama yang bergantung pada bahan baku impor.
Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum Afiliasi Global Ritel Indonesia, mengungkapkan bahwa impor barang konsumsi mengalami penurunan sekitar 10,6% pada Januari–Februari 2025 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
“Kita ketahui bahwa pada bulan Januari Februari ini impor barang konsumsi mengalami penurunan hampir sekitar 10,6% dibandingkan dengan masa tahun sebelumnya,” ungkapnya dilansir dari youtube Kompas TV, Sabtu (29/3).
Baca Juga: Dedi Mulyadi Gaji Sopir Angkot Puncak Bogor, Strategi Baru Atasi Macet Lebaran
Penurunan impor ini, menurut Roy, disebabkan oleh langkah antisipatif produsen pada akhir tahun lalu yang memprediksi kenaikan pajak.
Namun, pada kuartal pertama 2025, pelemahan konsumsi masyarakat menyebabkan perlambatan yang tampak jelas dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS).
Roy juga menyoroti terjadinya deflasi selama dua bulan berturut-turut, dengan angka deflasi mencapai 0,78% pada bulan sebelumnya.
Ketergantungan Indonesia pada bahan baku impor memperparah dampak pelemahan rupiah. Roy menekankan bahwa beberapa sektor manufaktur, seperti tekstil, pangan, dan garmen, menghadapi tantangan berat.
Baca Juga: Mirip Krisis 1998? Yanuar Rizky Soroti Anjloknya Rupiah dan IHSG
Industri tekstil, misalnya, masih harus mengimpor kapas, benang, dan serat kapas karena rendahnya produksi dalam negeri.
Hal ini menyebabkan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalami kesulitan, yang terlihat dari adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan.
Sektor pangan juga tidak luput dari dampak. Meskipun pemerintah menargetkan untuk menghentikan impor pangan pada 2026, impor beras tetap dilakukan pada awal tahun ini karena produksi domestik belum mencukupi.
Selain itu, kedelai masih diimpor meski terjadi sedikit peningkatan permintaan akibat program makan bergizi gratis.
Baca Juga: Arus Mudik 2025, Kapolri Listyo Sigit Siapkan Rekayasa Lalu Lintas untuk Kurangi Kemacetan
Artikel Terkait
Rupiah Melemah, Ikrar Nusa Bhakti: Siapa yang Untung dan Siapa yang Buntung?
DANANTARA Guncang Pasar! IHSG Anjlok, Rupiah Tertekan, Tonny Hermawan Adikarjo: Apa yang Terjadi?
“The Fed akan Terus Menekan Rupiah” Dokter Tifa Sebut Perlu Reshuffle Besar-Besaran
Tembus 16.500, Kenapa Rupiah Melemah Menjelang Lebaran? Analisis Ekonom Bahana Sekuritas
Dibandingkan Mata Uang Regional, Rupiah Masih Stabil? Ini Analisisnya!
Mirip Krisis 1998? Yanuar Rizky Soroti Anjloknya Rupiah dan IHSG