bisnisbandung.com - Industri K-pop kini terbukti menjadi salah satu mesin ekonomi paling kuat bagi Korea Selatan. Fenomena global ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan hasil strategi panjang yang melibatkan negara, agensi hiburan, hingga komunitas penggemar.
Hal ini juga menjadi perhatian Raymond Chin, seorang influencer bisnis yang kerap membedah strategi industri kreatif.
Menurut analisis Raymond Chin dilansir dari youtube pribadinya, K-pop bisa disebut sebagai anomali dalam dunia hiburan. Jika sebelumnya dominasi global dipegang industri besar seperti Hollywood, kini K-pop justru mampu melampaui pengaruh tersebut.
Baca Juga: Muak dan Tak Percaya Lagi, Rocky Gerung Soal Demo Ojol: Puncak Kekecewaan Publik!
Bahkan, industri ini dinilai lebih stabil dibanding sektor energi, karena tetap mencatat rekor meski dunia sempat terhantam pandemi.
Raymond menilai keberhasilan K-pop tidak hanya datang dari kualitas musik, tetapi dari bagaimana industri ini membangun ekosistem yang disebut fan economy.
Alih-alih hanya menjual lagu, K-pop menjual keterikatan emosional antara idol dan penggemarnya. Strategi ini membuat bisnis K-pop tetap tumbuh, bahkan ketika banyak industri hiburan lain mengalami penurunan.
Ia juga menyoroti bagaimana agensi besar seperti SM Entertainment, YG, JYP, hingga HYBE mengembangkan sistem pelatihan ketat bagi para calon idol.
Baca Juga: Anggota Dewan Tepis Gaji Buruh dan DPR Beda 42 Kali Lipat, Namun Enggan Sebut Nominal
Dengan pola yang menyerupai akademi militer, trainee dilatih sejak usia muda untuk menguasai vokal, tarian, hingga bahasa asing. Hasilnya, setiap grup yang debut tampil dengan kualitas terstandarisasi dan siap menembus pasar global.
Raymond menekankan bahwa keberhasilan ini juga tidak lepas dari peran negara. Pasca krisis moneter Asia 1997, pemerintah Korea Selatan berinvestasi besar-besaran di sektor budaya sebagai bagian dari strategi soft power.
“Dari sini kita bisa belajar kalau enggak ada yang instan, kayak main catur puluhan tahun. Akhirnya sekarang musik Korea bisa ngalahin negara-negara yang ekonominya jauh lebih besar,” ungkapnya.
Baca Juga: Kemarahan Publik Tak Terbendung Pasca Tragedi Affan, Ini Tanggapan Anggota DPR F-Golkar
Dukungan berupa pendanaan, infrastruktur, teknologi, hingga promosi global melahirkan gelombang budaya Korea atau Hallyu, yang kini meluas dari musik hingga film, fashion, dan kuliner.
Contoh nyata dari kekuatan fan economy adalah konser online SM Entertainment pada 2021, yang ditonton lebih dari 51 juta orang dari 161 negara, melampaui jumlah penonton Super Bowl.