Kondisi ini diperparah dengan melonjaknya harga sewa, mahalnya biaya transportasi, serta kebutuhan konsumsi yang semakin menekan kemampuan menabung.
Darmadi menilai, bila tren ini terus berlanjut, masyarakat kelas menengah bisa kehilangan momentum untuk membeli rumah bahkan setelah krisis ekonomi mereda. Di sisi lain, peluang penurunan harga properti dinilai sangat kecil.
Darmadi mengidentifikasi tiga faktor utama yang membuat harga properti sulit turun: keterbatasan lahan, ketidakmungkinan pemerintah menurunkan Upah Minimum Regional (UMR), dan biaya konstruksi yang meningkat akibat melemahnya nilai tukar rupiah yang kini mencapai Rp16.300 per dolar AS.
Menurutnya, penurunan harga mungkin hanya terjadi di pasar sekunder, yakni properti yang dijual langsung oleh pemilik karena kebutuhan tertentu.***
Baca Juga: Kriminolog UGM Ungkap Celah Keterlibatan Pihak Lain dalam Kematian Arya Daru