bisnisbandung.com - Ketegangan dalam hubungan dagang Indonesia-Amerika Serikat kembali mencuat setelah munculnya permintaan dari Presiden AS, Donald Trump, kepada Presiden Prabowo Subianto.
Permintaan tersebut meminta Indonesia membangun pabrik di wilayah Amerika Serikat sebagai syarat untuk mendapatkan pemotongan atau penghapusan tarif impor.
Permintaan ini menjadi perhatian publik dan menuai tanggapan dari eks diplomat senior Indonesia, Ple Priatna, ia mengungkapkan bahwa hal tersebut seperti AS menodong Indonesia dua kali.
“Satu, dia menodong kita harus menutup defisitnya itu dengan menambah impor lebih banyak. Dan kedua, sekarang kita disuruh membangun pabrik, relokasi pabrik di Amerika Serikat,” ujarnya.
Baca Juga: Luhut Bilang Jokowi Dilupakan, Pengamat: Politik Kita Memang Serendah Itu!
“Nah, ini menurut istilah saya, kita ditodong dua kali oleh Amerika Serikat di sini. Gitu ya,” lanjutnya.
Menurutnya, Indonesia tengah berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam proses negosiasi dagang.
Ia menilai bahwa Amerika Serikat menekan Indonesia melalui dua jalur sekaligus: pertama, dengan menuntut peningkatan impor barang dari AS, dan kedua, melalui permintaan agar Indonesia merelokasi industri ke Amerika.
Langkah tersebut disebut sebagai bentuk tekanan ganda dari Amerika Serikat. Di satu sisi, AS menuntut Indonesia mengurangi surplus perdagangan dengan meningkatkan pembelian produk AS.
Baca Juga: Penuh Kejanggalan, Misteri Kematian Diplomat Muda Kemenlu di Menteng
Di sisi lain, Indonesia juga dihadapkan pada tuntutan membangun fasilitas industri di AS yang ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja lokal di Negeri Paman Sam.
Permintaan ini dinilai tidak seimbang dan berisiko merugikan posisi tawar Indonesia dalam hubungan bilateral.
Selama tahun 2024, Amerika Serikat mencatat defisit perdagangan terhadap Indonesia sebesar Rp300 triliun.
Baca Juga: Said Didu Sebut KPK Masih Di Ujung Telunjuk Jokowi: Bobby akan Selalu Aman