bisnisbandung.com - Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina kembali memanas setelah pemerintahan Presiden Donald Trump memberlakukan tarif impor baru terhadap barang-barang asal Cina.
Sebagai respons, pemerintah Cina langsung menerapkan tarif balasan terhadap produk-produk Amerika Serikat.
Kebijakan ini berdampak luas, terutama bagi konsumen di AS yang kini menghadapi lonjakan harga barang impor.
Baca Juga: Jokowi Bakal Dihantui IKN, Rocky Gerung: Proyek Besar yang Terancam Mangkrak!
Salah satu perubahan paling signifikan adalah penghapusan aturan de minimis untuk barang asal Cina.
Dilansir Bisnis Bandung dari Reuters, sebelumnya, barang dengan nilai di bawah 800 dolar yang dikirim langsung kepada individu di AS dibebaskan dari bea masuk.
Kini, setiap barang, termasuk pesanan kecil dari platform e-commerce seperti Shein dan Temu, dikenakan pajak impor.
Baca Juga: DPR Jadi Super Berkuasa,Hersubeno: Kini Bisa Evaluasi dan Copot Pimpinan Lembaga Negara
Akibatnya, warga Amerika yang biasa berbelanja produk murah dari Cina mengalami kenaikan biaya yang cukup signifikan.
Peningkatan biaya ini dirasakan langsung oleh para pembeli. Seorang pelanggan yang memesan pakaian dari Australia melalui layanan pengiriman internasional DHL harus membayar biaya tambahan lebih dari 45 dolar sebelum menerima paketnya.
Hal serupa terjadi pada pembeli lain yang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pesanan pakaian dari Shein.
Perubahan kebijakan ini memaksa perusahaan logistik seperti DHL, UPS, dan FedEx untuk menyesuaikan sistem mereka guna memfasilitasi pembayaran bea masuk oleh konsumen.
Selain konsumen, pelaku bisnis e-commerce juga harus menyesuaikan strategi mereka. Beberapa peritel berusaha menanggung biaya bea masuk dalam jangka pendek, sementara yang lain mulai memberlakukan penyesuaian harga guna menutupi beban pajak tambahan.
Baca Juga: Gegara LPG 3 Kg, Syahganda Sebut Ada Menteri Titipan Jokowi Langkahi Presiden!