“Karena di dalam sebuah chaos ya, atau kekacauan yang terjadi di dunia, itu adalah tangga untuk lu bisa naik ke atas. Lu pegang omongan gua ini: semua kekacauan itu adalah tangga untuk naik ke atas,” sambung Timothy Ronald.
Timothy mengingatkan bahwa waktu untuk memanfaatkan peluang ini sangat terbatas. Ia menekankan bahwa lima tahun ke depan merupakan masa paling krusial bagi siapa saja yang ingin keluar dari keterbatasan ekonomi.
Mereka yang memilih untuk mengabaikan perubahan ini kemungkinan besar akan mengalami penyesalan di masa depan.
Baca Juga: Ade Armando: Sejak Kapan Prabowo Kejar-Kejaran dengan Jokowi?
Dalam pandangannya, stagnasi atau ketidakpedulian terhadap transformasi digital akan membuat banyak orang tertinggal jauh secara ekonomi.
Melalui berbagai contoh sejarah, Timothy menunjukkan bahwa kekacauan sering kali membuka jalan bagi inovasi dan redistribusi sumber daya.
Misalnya, pada tahun 2020, pandemi COVID-19 menciptakan peluang investasi yang signifikan di sektor tertentu, seperti teknologi dan kesehatan.
Baca Juga: Prabowo vs Jokowi, Perbandingan Gaya Kepemimpinan Menurut Ikrar Nusa Bhakti
Orang-orang yang mampu membaca situasi dan mengambil keputusan yang tepat berhasil memanfaatkan momen tersebut untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Revolusi digital, menurut Timothy, adalah "tangga" terbaru bagi mereka yang ingin naik kelas. Ia mencatat bahwa teknologi seperti Web 3.0, cryptocurrency, dan AI sedang membentuk dunia baru.
Kesempatan untuk berinovasi, menciptakan produk atau layanan, serta memanfaatkan disrupsi digital ini hanya akan tersedia dalam waktu yang relatif singkat.
Setelah itu, peluang ini diperkirakan akan semakin sulit dijangkau, terutama bagi mereka yang tidak memiliki sumber daya atau keterampilan yang relevan.***
Baca Juga: Prabowo adalah Jokowi? Adi Prayitno: Jangan Salah Tafsir!