Penjualan pun merosot, memaksa perusahaan menurunkan targetnya dari 3,7 juta menjadi 3,4 juta unit.
Di sisi internal, ketegangan dalam aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi semakin memperburuk situasi.
Setelah skandal yang melibatkan mantan CEO Carlos Ghosn, kepercayaan di antara mitra aliansi memudar.
Renault bahkan mengurangi kepemilikan sahamnya di Nissan menjadi 15%, mencerminkan ketidakharmonisan dalam hubungan mereka.
Baca Juga: Tradisi Unik Perayaan Imlek di berbagai macam Daerah di Indonesia
Dalam upaya bertahan, Nissan telah menjalin kemitraan dengan Honda untuk mengembangkan teknologi kendaraan listrik, kecerdasan buatan, dan teknologi self-driving.
Indrawan mencermati bahwa rencana merger ini dapat menjadi peluang besar bagi Nissan, tetapi juga membawa risiko.
Jika berhasil, aliansi ini berpotensi menjadi produsen mobil terbesar ketiga di dunia, hanya kalah dari Toyota dan Volkswagen.
Namun, Indrawan menekankan bahwa Nissan harus berhati-hati agar tidak kehilangan identitasnya dalam kemitraan ini. Selain itu, keberhasilan merger sangat bergantung pada kemampuan Nissan mengatasi masalah internalnya.***
Baca Juga: Dedi Mulyadi Minta Sekda Tegur dan Bongkar Pagar Laut Tak Berizin
Artikel Terkait
Mau Buka Bisnis Di Rumah Saja? Ini Sejumlah Bisnis Yang Berpotensi Laris Manis!
Ini Dia Strategi Dapat 100 Juta Pertama dari Bisnis Riil
Pahami Etika Komunikasi Formal Untuk Kesuksesan Bisnis Anda!
Ini Dia Cara Menemukan Peluang Bisnis Di Sekitar Anda
Aguan Buka Suara Terpaksa Investasi di IKN Karena Jokowi, Rocky Gerung: Secara Bisnis Tidak Sehat
Susun Rencana Bisnis 2025 Untuk Anda Bisa Meraih Tujuan Anda!