Bisnisbandung.com - Gubernur Aceh Muzakir Manaf menggambarkan bencana banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Aceh sebagai kejadian dengan dampak luar biasa hingga ia menyebutnya menyerupai “tsunami kedua”.
Penilaian tersebut muncul setelah ia meninjau langsung lokasi terdampak, yang mengalami kerusakan masif baik pada infrastruktur maupun lingkungan, disertai fenomena-fenomena yang dianggap tidak biasa.
Selama delapan hari berturut-turut wilayah Aceh diguyur hujan, menyebabkan banjir besar yang tidak hanya menghanyutkan rumah warga, tetapi juga menimbulkan kondisi air yang berwarna gelap, berbau menyengat, serta memicu iritasi pada kulit masyarakat.
Baca Juga: Reformasi Besar-Besaran Bea Cukai dan Pajak, Sistem IT dan AI Jadi Prioritas Pengawasan
“Karena kita lihat satu apa? Satu kejadian yang paling aneh. Dulu masa tsunami sebentar paling-paling ya 20 menit habis. Ini enggak. Ini sedangkan waktu hujan, waktu banjir itu mengeluarkan satu keadaan yang akhirnya di situ hitam, gatal-gatal, dan juga perih dan juga bau,” ujarnya dilansir dari YouTube Najwa Shihab.
Beberapa jenazah warga ditemukan dalam kondisi mengenaskan dan tidak bisa langsung dimakamkan karena seluruh tanah di area terdampak tertutup lumpur setinggi pinggang.
“Jadi mayat-mayat kita lihat ada yang terbuka baju, telanjang. Ini ada sesuatu hal yang kita lihat yang aneh,” tuturnya.
Baca Juga: Menkeu Blak-Blakan Soal Keanehan UU Cipta Kerja, Singgung Subsidi Industri Batu Bara
Sebagian jenazah bahkan harus diikat di batang pohon atau jembatan hingga lokasi pemakaman dapat dijangkau.
Wilayah terdampak juga menunjukkan kerusakan ekologis yang tidak biasa. Berbagai satwa liar seperti ular dan biawak ditemukan mati terseret arus, padahal hewan-hewan tersebut umumnya mampu bertahan dalam kondisi ekstrem.
Kondisi serupa juga terlihat pada ikan-ikan di aliran sungai yang mati dalam jumlah besar, menambah keanehan fenomena bencana kali ini.
Banjir bandang disertai longsor meratakan rumah-rumah kayu hingga tidak menyisakan puing yang dapat dikenali. Banyak bangunan diduga terseret jauh mengikuti arus menuju laut.
Lumpur tebal menyelimuti permukiman, membuat proses evakuasi serta distribusi bantuan semakin sulit.
Pada hari ke-10 masa tanggap darurat, pemerintah daerah melaporkan bahwa beberapa layanan publik mulai pulih, termasuk listrik dan akses jembatan di sejumlah titik.
Baca Juga: SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita