Dokter Tifa menjelaskan bahwa rawa dan hutan mangrove yang dulu berfungsi sebagai spons alami kini telah berganti menjadi kawasan permukiman dan properti mewah.
Dengan semakin sedikitnya lahan resapan, air hujan langsung mengalir dan menyebabkan banjir datang lebih cepat serta lebih luas.
Dampak dari perubahan hidrologi ini tidak hanya dirasakan di Bekasi dan Jakarta, tetapi juga di daerah hulu seperti Bogor dan Depok.
Dokter Tifa menegaskan bahwa air yang berasal dari wilayah tersebut kini menghadapi hambatan di hilir akibat reklamasi, yang menyebabkan banjir meluas baik di kawasan hulu maupun hilir.
Baca Juga: Musisi Didi Riyadi Bela Band Sukatani, Kalau Tersinggung, Berarti Benar!
Sebagai solusi, Dokter Tifa menyerukan agar pemerintah melakukan audit menyeluruh terhadap proyek reklamasi dan mengkaji ulang dampaknya terhadap lingkungan.
Ia juga menekankan pentingnya memulihkan rawa serta lahan resapan air untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem alami.
Selain itu, perancangan ulang sistem drainase kota menjadi keharusan agar dapat menyesuaikan dengan perubahan hidrologi yang terjadi.
“Pertanyaannya: Apakah Pemerintah Pusat dan DKJ mau melakukannya?” pungkas Dokter Tifa.***
Baca Juga: Banjir Langganan di Karangligar, Dedi Mulyadi Siapkan Solusi Cepat!