bisnisbandung.com - Sistem perpajakan baru Indonesia, Coretax, kembali menjadi sorotan akibat kompleksitasnya yang membingungkan banyak pihak.
Pengusaha sekaligus influencer Chandra Putra Negara menyoroti perbandingan mencolok antara pengembangan Coretax dan kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok, DeepSeek.
Deepseek, yang dikembangkan di Hangzhou pada 2023 oleh Liang Wenfeng, disebut mampu menyaingi GPT-4 dengan biaya pengembangan yang jauh lebih rendah dibandingkan OpenAI.
Dengan anggaran sekitar 90 miliar rupiah, Deepseek berhasil menciptakan sistem AI berkualitas tinggi yang cepat, murah, dan open source.
Baca Juga: Tantangan Polri di Era Prabowo, Mahfud MD: Evaluasi Kepemimpinan Harus Segera Dilakukan
Sebaliknya, Coretax yang dikembangkan untuk sistem perpajakan Indonesia menelan biaya hingga 1,3 triliun rupiah dan justru menimbulkan kebingungan di kalangan pengguna.
“Dan sekarang kita dipaksa menggunakan sistem yang baru, namanya Coretax. Ampun, Ibu Menteri Keuangan! Anda bikin orang bingung terus,” terangnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Success Before 30.
Chandra menilai bahwa kebijakan ini menunjukkan ketidakefisienan dalam pengelolaan anggaran.
Baca Juga: Kematian Nenek Akibat Antri Gas 3 KG, Rudi Kamri: Menteri Bahlil Harus Bertanggung Jawab
“Orang lain bikin AI cuma 90 miliar, ini 1,3 triliun! Hanya untuk sistem perpajakan kita, yang masih saja membingungkan,” gamblangnya.
Banyak pengusaha kini harus menyesuaikan diri dengan sistem perpajakan baru yang dianggap lebih rumit dibandingkan sistem sebelumnya.
Reformasi perpajakan yang diharapkan bisa menyederhanakan pelaporan pajak justru dianggap semakin mempersulit wajib pajak.
Di sisi lain, Deepseek juga menghadapi kontroversi terkait dugaan pencurian data dari OpenAI. Microsoft dan OpenAI disebut sedang menyelidiki kemungkinan bahwa individu tertentu menggunakan API OpenAI untuk memperoleh data tanpa izin.
Baca Juga: Tak Seperti Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi Ogah Seremonial Cukup Gunting Pita dan Makan Timbel