BISNISBANDUNG.COM - Pada tanggal 20 Desember 2023, dunia otomotif dikejutkan oleh pengakuan tersembunyi dari Daihatsu.
Terbukalah praktik pemalsuan hasil uji tabrak yang mengguncang kepercayaan publik.
Komite independen mengungkapkan fakta pahit: ada 174 kasus kecurangan yang melibatkan 143 kasus manipulasi pernyataan resmi, 28 kasus pelanggaran modifikasi, dan 3 kasus manipulasi data asli.
Ironisnya, bayang-bayang kecurangan itu ternyata telah mengintai sejak tahun 1989, merambah waktu dan model kendaraan.
Tahukah Anda, laporan internal pada bulan April 2023 menggugah Daihatsu dari tidur panjangnya.
Sesuatu yang ganjil terendus pada aplikasi pengajuan persetujuan hasil uji tabrak.
Manajemen, tak ingin terperangkap dalam penipuan, segera membentuk komite independen untuk mengungkap kebenaran.
Baca Juga: Daihatsu Ayla Terbaru Hadir di Bandung, Adopsi Platform DNGA dan Mesin 1.2 L
Hasilnya? Pemalsuan hasil uji tabrak terbongkar. Empat model produknya terkena dampak, mengorbankan 8.000 kendaraan yang diproduksi di Thailand dan Malaysia antara 2022 hingga 2023.
Namun, mengapa mereka nekat? Rupanya, tekanan untuk mencapai target pengembangan dan penjualan menjadi biang keladi.
Mereka memodifikasi unit prototipe sehingga uji tabraknya sesuai, namun tak mewakili spesifikasi mobil produksi massal.
Baca Juga: Mencoba Performa Daihatsu Rocky 1.2L yang Dikembangkan Untuk Konsumen Indonesia
Ketika kebenaran terkuak, 174 kasus kecurangan terungkap, menyisakan pertanyaan besar: siapa yang salah?
Daihatsu dan Toyota, dua raksasa otomotif yang terlibat, harus menanggung akibatnya.
Reputasi tercoreng, operasional terhenti, dan biaya tambahan besar menghantui mereka.