bisnisbandung.com - Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Myandra Eka Wardhana, mengungkap adanya peningkatan signifikan keterlibatan anak-anak dalam jaringan terorisme sepanjang 2025.
Temuan tersebut menunjukkan tren yang tidak biasa dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Menurut pemaparan AKBP Myandra, Densus 88 mencatat bahwa pada periode 2011 hingga 2017 hanya terdapat sekitar 17 anak yang diamankan terkait aktivitas kelompok teror.
Namun pada 2025, jumlah anak yang teridentifikasi terpapar meningkat drastis menjadi lebih dari 110 orang.
Lonjakan ini dinilai sebagai indikasi adanya proses rekrutmen yang sangat masif melalui platform daring.
“Jadi artinya kita bisa sama-sama menyimpulkan bahwa ada proses yang sangat masif sekali, rekrutmen yang dilakukan melalui media daring,” jelas AKBP Myandra Eka Wardhana dilansir dari youtube.
Densus 88 mengidentifikasi bahwa kelompok teror kini memanfaatkan berbagai bentuk konten digital seperti video pendek, animasi, meme, dan musik untuk memengaruhi psikologis anak-anak.
Metode ini dinilai lebih mudah menembus ruang pribadi generasi muda, terutama ketika disebarkan melalui media sosial dan game online.
Sebaran paparan radikalisme terhadap anak-anak tersebut terpantau terjadi di 23 provinsi, dengan Jawa Barat dan Jakarta menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi.
Situasi ini menambah kewaspadaan aparat terhadap pola penyebaran ideologi ekstrem yang semakin adaptif terhadap teknologi.
Selain mengidentifikasi korban anak-anak, Densus 88 juga telah menangkap lima tersangka, salah satunya diketahui berafiliasi dengan kelompok ISIS.
Penangkapan ini memperkuat analisis bahwa jaringan teror internasional turut berperan dalam upaya rekrutmen terhadap anak di Indonesia.