Ahli Gizi Tidak Bisa Digantikan dengan Pelatihan, Guru Besar IPB Ungkap Pentingnya Tenaga Profesional

photo author
- Selasa, 18 November 2025 | 20:00 WIB
Program MBG kekurangan Ahl Gizi (Tangkap layar youtube Berita Satu)
Program MBG kekurangan Ahl Gizi (Tangkap layar youtube Berita Satu)

bisnisbandung.com - Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof. Hardinsyah, menegaskan bahwa keberadaan tenaga gizi profesional sangat krusial dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Penjelasan ini muncul setelah pernyataan Wakil Ketua DPR yang menyinggung posisi ahli gizi dalam program tersebut dan kemudian menuai klarifikasi.

Menurut Prof. Hardinsyah, program MBG mencakup berbagai aktivitas yang berkaitan dengan gizi, mulai dari edukasi hingga pemantauan kebutuhan nutrisi kelompok tertentu.

Baca Juga: Haaland Bawa Norwegia Kalahkan Italia 4-1 di Kualifikasi Piala Dunia

Sebagian tugas memang bisa dilakukan oleh masyarakat dengan pengetahuan dasar, namun ada banyak aspek yang memerlukan keahlian khusus yang hanya dimiliki oleh tenaga gizi.

Dalam regulasi kesehatan, tenaga gizi mencakup nutrisionis dan dietisien. Nutrisionis berfokus pada upaya promotif dan preventif, termasuk yang relevan dengan MBG.

Sementara dietisien bekerja pada konteks terapi, penyembuhan, dan rehabilitasi, terutama di fasilitas kesehatan.

Prof. Hardinsyah menilai bahwa semua orang idealnya memahami pengetahuan dasar gizi untuk kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Ketua Majelis Tidak Habis Pikir Sekelas UGM Abaikan Penggunaan Kop Surat, Sengketa Kasus Ijazah Jokowi

Namun, ketika menyangkut pengawasan kualitas pangan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pelajar berbagai usia, dibutuhkan keahlian teknis yang tidak bisa diperoleh hanya melalui pelatihan singkat.

“Berarti memang di situ enggak bisa kalau hanya dilatih sebulan, dua bulan, seminggu gitu,” lugasnya dilansir dari youtube Berita Satu.

Ia menggambarkan bahwa pemantauan status gizi juga merupakan bagian penting dari program MBG. Balita perlu dipantau setiap bulan bersama kader, sementara pemantauan anak sekolah idealnya dilakukan setiap tiga hingga enam bulan bersama guru UKS.

Tanpa tenaga profesional yang memadai, beban kerja ini dapat menumpuk dan membuat proses pengawasan tidak optimal.

Baca Juga: Soal Ijazah Jokowi, Petrus Salestinus Curiga Dibalik Pemusnahan Dokumen di KPU Solo

Prof. Hardinsyah memperkirakan bahwa kebutuhan tenaga gizi untuk menunjang program MBG berskala nasional sangat besar.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KPK dan Kejagung Berbagi Peran Tangani Kasus Korupsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:00 WIB
X