bisnisbandung.com - Tragedi pembunuhan MIP, Kepala Kantor Cabang salah satu bank pemerintah, masih menyisakan tanda tanya besar.
Korban ditemukan tewas di sebuah persawahan di Desa Nagasari, Serang Baru, Kabupaten Bekasi, setelah sebelumnya diculik dari area parkir pusat perbelanjaan di Jakarta Timur. Jenazahnya dimakamkan di TPU Situ Gede, Kota Bogor, Kamis malam.
Polisi telah menangkap empat pelaku penculikan dan pembunuhan ini. Namun, sejumlah pertanyaan krusial masih belum terjawab, mulai dari motif, dalang utama, hingga siapa sebenarnya eksekutor yang menghabisi nyawa korban.
Baca Juga: Keluarga Arya Daru Ungkap Misteri, Amplop Cokelat Bermotif Bunga Kamboja Jadi Teka-Teki
Mantan Kabareskrim Polri periode 2008–2009, Susno Duadji, menilai penyidik masih memiliki pekerjaan besar untuk membongkar tabir kasus ini.
Ia berpandangan motif penculikan dan pembunuhan tidak mukngkin perihal utang pelaku di Bank.
“Ya, bagaimana bisa? Karena hutang di bank itu tidak bisa hilang. Semua catatan di bank adalah catatan elektronik, jejaknya ada, jadi tidak bisa dihilangkan,” ucapnya dilasir dari youtube Kompas TV.
“Kecuali kalau korban yang memainkan duit negara. Tapi bukan caranya dengan menculik. Itu pidana,” terusnya.
Baca Juga: Ahmad Dhani Dorong Sistem Royalti Musik Berbasis IT dalam Revisi UU Hak Cipta
Menurutnya, ada lima aspek penting yang harus diungkap. Pertama, motif pembunuhan masih menjadi misteri.
Dugaan adanya kaitan dengan utang atau kredit bank dianggap janggal, karena membunuh kepala cabang bank tidak akan menghapus kewajiban pembayaran. Seluruh transaksi perbankan tercatat secara elektronik sehingga mustahil hilang begitu saja.
Kedua, identitas eksekutor masih belum jelas. Meski empat orang pelaku sudah ditangkap, belum bisa dipastikan apakah mereka juga bertindak sebagai pelaku utama pembunuhan atau hanya bagian dari jaringan penculik.
Ketiga, peran dalang di balik kasus ini perlu diungkap. Ada kemungkinan pihak tertentu merencanakan aksi tersebut dan mengendalikan para pelaku di lapangan.
Keempat, adanya pihak yang diduga berperan sebagai “mata-mata”. Hal ini terlihat dari cara para pelaku mengetahui pergerakan korban, mulai dari keberadaannya di kantor hingga aktivitas di pusat perbelanjaan.
Baca Juga: Darmadi Durianto Tegaskan Danantara Harus Turun Tangan Restrukturisasi Utang KCIC