bisnisbandung.com - Isu dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo masih menjadi sorotan publik. Namun menurut pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, perdebatan mengenai keaslian ijazah kini tidak lagi menjadi inti dari perbincangan.
Sebaliknya, narasi telah bergeser menjadi arena pertarungan elite politik yang menyasar peta kekuasaan.
Dalam pandangan Adi, konflik ini tak lagi semata soal benar atau tidaknya dokumen akademik, melainkan telah masuk ke wilayah perang narasi antar kekuatan politik.
Baca Juga: Siapa Tokoh Politik Besar Dalang di Balik Isu Ijazah Jokowi? Ini Kata Roy Suryo
“Oleh karena itu, saya ingin menafsirkan apa yang terjadi hari ini. Ini politik tingkat tinggi sebenarnya, yang saya kira aktor-aktornya itu hanya diketahui oleh orang-orang tertentu, pihak-pihak tertentu, dan satu sama lain ini dibiarkan secara terbuka untuk perang narasi,” ucapnya dilansir dari youtube Kompas TV.
Ia menilai bahwa isu ini menjadi bagian dari strategi komunikasi politik tingkat tinggi, yang hanya dipahami oleh segelintir aktor utama di lingkaran kekuasaan dan oposisi.
Pergeseran fokus diskusi dari substansi keaslian ijazah ke arah siapa yang menyebarkan, siapa yang membiayai, dan siapa yang mendesain narasi, menurutnya menjadi fenomena baru dalam peta politik nasional.
Baca Juga: Kompolnas Nilai Rekam Jejak Digital Ungkap Kronologi, Hilangnya HP Bukan Halangan
Adi menyebut bahwa ini adalah bentuk nyata dari pertarungan antara kekuatan-kekuatan politik yang saling mengetahui arah permainan satu sama lain.
Ia juga menyoroti simbolisasi yang muncul dalam perdebatan publik, termasuk penggunaan istilah "baju biru", yang belakangan dikaitkan dengan aktor tertentu. Simbol warna ini, menurutnya, menjadi kode politik yang multitafsir dan bisa diarahkan ke berbagai pihak, tergantung sudut pandang dan kepentingan yang bermain.
Adi menilai bahwa narasi seputar ijazah Jokowi saat ini tidak lagi berfungsi sebagai upaya pencarian kebenaran dokumen, melainkan sebagai alat untuk menggiring opini dan mempengaruhi dinamika politik menuju 2029.
“Per hari ini, pergeseran pembicaraan itu soal siapa yang sebenarnya bicara soal ijazah ini? Bukan lagi soal asli dan tidak asli, tapi sebenarnya ada permainan politik yang kemudian ini dikait-kaitkan dengan bagaimana jalan panjang menuju 2029,” terangnya.
Ia menyebutkan bahwa yang menjadi pusat perhatian bukan lagi ijazah itu sendiri, melainkan siapa sebenarnya yang mengangkat isu tersebut dan apa motif di baliknya.
Baca Juga: Dari Perpecahan Menuju Persatuan: KADIN Kota Bandung Bangun Ulang Semangat Bersama
Dalam kerangka besar politik nasional, isu ini dianggap sebagai bagian dari strategi komunikasi yang digunakan oleh kelompok tertentu untuk memperkuat posisi atau bahkan menjatuhkan lawan sebelum pertarungan resmi dimulai.